Kusta
Banyak stigma ttg penyakit ini yang beredar dimasyarakat saat ini, kadang kita suka menjauhi orang yang terkena penyakit ini.
Apa itu kusta
Kalian tau ga apa itu kusta? Yeay kusta adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.
WHO mengklasifikasikan kusta ke dalam 2 kelompok, yaitu:
Pausibasiler: 1-5 lesi, kusta jenis ini menyebabkan rasa baal yang jelas dan menyerang satu cabang saraf.
Multibasiler: lesi >5, kusta multibasiler tak seperti pausibasiler, rasa baalnya tidak jelas, dan menyerang banyak cabang saraf.
Gejala utama kusta, yaitu bercak perubahan warna menjadi lebih putih dan lesi di kulit berbentuk benjolan yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau lebih. Lesi kuit juga disertai gejala kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot.
Nah sudah tau kusta kan?
Beberapa waktu lalu saya sempat mengikuti kegiatan tentang penyakit ini
Acara dipandu oleh host dari KBR yaitu Ines Nirmala. Kemudian diskusi bersama narasumber di antaranya dr Astri Ferdiana selaku Technical Advisor NLR Indonesia dan Al Qadri sebagai seseorang yang pernah mengalami kusta sekaligus Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Indonesia.
Hilangkan stigma
Saat kegiatan hadir Bapak Al Qadri seorang penderita kusta menceritakan pengalamannya saat terkena kusta yaitu ketika masih usia 6 tahun, pada waktu itu baru mulai masuk sekolah. Salah satu orang tua murid yang melaporkan tentang gejala tersebut ke kepala sekolah karena pada saat itu Pak Qadri tidak merasa ketika dicubit temannya.
Pada waktu itu, kepala sekolah meminta ke orang tua Pak Qadri untuk tidak pergi ke sekolah agar tidak tertular tetapi alasan kepala sekolah ia tidak cukup umur. Ketika semakin banyak yang tahu ia menyidap kusta maka semakin dijauhi dan kena diskriminasi. Bahkan bukan hanya ia saja tetapi juga keluarga lainnya.
Berhubung tidak ada kerusakan organ, ia masih tetap bermain dengan teman sebaya. Hanya saja orang tua temannya sudah tidak mengizinkan bermain dengannya. Pada saat itu, ia merasakan sekali sakitnya diskriminasi sehingga bisa dikatakan bahwa sakit kustanya tidak seberapa lebih sakit lagi diskrimanis yang didapatkan dari lingkungan sekitar.
Selain itu, kekhawatiran akan penularan penyakit tersebut juga membuat Pak Qadri tidak bisa mengikuti hajatan atau acara-acara keluarga karena banyak sanak saudara yang takut dengan penyakit kusta yang dialaminya.
Potensi tertular dari kusta bisa sangat kecil. Penularan tidak bisa terjadi melalui kontak biasa seperti bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan, bahkan kontak seksual pada ibu hamil tak menimbulkan penularan pada janin.
Sekilas nampak menyeramkan. Namun kontak langsung dengan ruam di kulit penderita tidak akan menyebabkan penularan.
Umumnya penderita mengalami gejala mati rasa. Namun beberapa pasien mengalami mimisan; lemah otot; syaraf membengkak, terutama sekitar lutut, siku dan leher; saraf membesar terutama di siku dan lutut.
Perawatan dini harus dilakukan agar kerusakan permanen bisa dicegah yang meliputi (sumber):
- Kebutaan atau glaukoma.
- Disfigurasi wajah, termasuk pembengkakan permanen dan benjolan.
- Gagal ginjal.
- Kelemahan otot yang mengarah ke tangan.
.