Alasan HAMAS Memenangkan Perang Gaza
Sadarkah antum bahwa berita yang kita dapatkan dalam siaran berita di televisi maupun lembaran koran seluruh dunia seputar perang Gaza rata-rata banyak sekali yang mengekspos penderitaan bangsa Palestina. Di sisi lain sering kali kita perhatikan ditampilkannya kabar bahwa seolah-olah Israel
telah berhasil menang
dalam peperangan yang mereka kobarkan di Gaza. Kita berhusnudzan, barangkali
apa yang dilakukan media adalah cara mereka dalam memberi dukungan bagi
rakyat
Palestina. Semakin nampak penderitaan bangsa Palestina di hadapan dunia,
maka
otomatis akan semakin membangkitkan semangat pembelaan bagi rakyat
Palestina.
Namun nampaknya jarang sekali kita dengar kabar yang menggembirakan
atas bangsa Palestina selama perang 22 hari di Gaza. Tahukah antum bahwa
ternyata banyak sekali Allah turunkan pertolongan- Nya bagi rakyat Palestina
selama perang 22
hari itu. Apa yang akan saya ceritakan berikut tidak banyak diekspos oleh
media. Entah kenapa, atau mungkin karena apa yang mereka dapatkan
bukan berasal dari sumber utama para tentara pejuang kemerdekaan Palestina
(brigade izzudin al-qassam dan HAMAS).
Dalam salah satu acara malam penggalangan dana untuk Palestina, Ust. Hilmi
Aminudin bercerita tentang pengalaman beliau ketika mengantarkan
rombongan para penyalur bantuan dari rakyat Indonesia langsung ke pemerintah
HAMAS di Palestina. Alhamdulillah saya beruntung dapat mendengarkan cerita
beliau secara langsung, dan kemudian saya ceritakan kembali pada teman-teman
semua.
Selama kunjungannya di Palestina, Ust. Hilmi disambut langsung oleh para
petinggi HAMAS. Beliau disambut di perbatasan Raffah-Mesir. Beliau beserta
rombongan tidak diizinkan masuk ke Gaza oleh pemerintah Mesir dengan alasan
keamanan. Oleh karena itu, para petinggi HAMAS tersebut yang akhirnya
menghampiri perbatasan untuk melakukan dialog. Ust. Hilmi beserta rombongan
pada waktu itu membawa dana segar hasil pengumpulan dana dalam demonstrasi-
demonstrasi yang dilakukan bangsa Indonesia selama agresi Israel
berlangsung.
Alhamdulillah, total dana yang diberikan adalah sebesar 2 juta US dollar.
Seolah sambil sedikit bercanda, Ust. Hilmi mengatakan bahwa uang yang
terkumpul tersebut merupakan infaknya 'minal fukhoro wal masakin' (infaknya
orang-orang fakir dan miskin). Maksudnya tentu bukan merendahkan yang
memberikan
infak itu.
Melainkan memberi gambaran bahwa jika uang yang dikumpulkan dari hasil
demontrasi jalanan saja bisa sampai terkumpul 2 juta dollar, maka apalagi
jika
sudah melibatkan para agnia dan pengusaha? InsyaAllah dijamin jumlahnya akan
berlipat lebih besar lagi.
Dalam dialog yang berlangsung bersama para pemimpin HAMAS tersebut, Ust.
Hilmi
banyak mendapatkan cerita kondisi yang sebenarnya dialami oleh para
tentara al- qassam. Subhanallah. .. ternyata Allah telah banyak menurunkan
pertolongan dan lindungan-Nya selama perang berlangsung. Sangat banyak hal
yang secara akal tidak lah mungkin terjadi. Pertama, secara kesenjataan,
sudah sangat jelas bahwa perbandingan kekuatan persenjataan antara HAMAS dan
Israel
sangatlah jauh berbeda. Dalam sistem pertahanan kesenjataan, Israel
menempati urutan keempat di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan
Inggris. Ini pun masih belum termasuk dengan bantuan militer yang diberikan
Amerika Serikat untuk mendukung persenjataan selama perang Gaza.
Menurut salah satu sumber, disebutkan bahwa untuk perang Gaza, Amerika telah
menyuplai persenjataan sebanyak lebih dari 60.000 ton. Bantuan itu dikirim
dalam ratusan buah kontainer besar. Bantuan senjata ini dipercaya sebagai
suplai senjata yang terbesar sepanjang sejarah persekongkolan
Amerika-Israel. Maka coba bandingkanlah dengan HAMAS hanya mempersenjatai
diri mereka dengan roket-roket berdaya jelajah menengah dengan daya rusak
yang tidak terlalu besar.
Kedua, jika dilihat dari besarnya pasukan, HAMAS hanya memiliki sekitar
15.000 personil. Sedangkan Israel memiliki 130.000 tentara aktif dan lebih
dari 400.000 tentara cadangan. Ketiga, dari segi medan pertempuran, Gaza
adalah kota yang terisolir. Sekelilingnya dibatasi oleh tembok-tembok
blokade sepanjang lebih dari 750 KM dengan tinggi 8 meter, dan di setiap 10
meternya telah siap tentara Israel di atas pos blokade yang siap menembak
mati siapapun warga Palestina yang mencoba mendekati tembok blockade
tersebut. Segala hal hampir membuat tidak masuk akal bagi pejuang Palestina
untuk memenangkan pertempuran.
Beberapa hari ke belakang kita menyaksikan sama-sama berita yang
menceritakan
aksi perayaan kemenangan yang dilakukan warga Palestina baik yang di
jalur Gaza maupun di tepi Barat. Bagi sebagian orang barangkali merasa
heran, kemenangan macam apakah itu? Bukankah sudah lebih dari 1.200 orang
menemui syahid, 5.000 lebih orang luka-luka, 13 masjid dibom, ribuan rumah
hancur, jalan dan sarana publik hancur total. Apakah ini yang disebut dengan
kemenangan? hal ini lah
yang tidak kita ketahui kebenaran yang sesungguhnya.
Setidaknya ada beberapa alasan yang membuat Palestina memenangkan
pertempuran.
Para petinggi HAMAS itu bercerita, sebenarnya serangan yang dilakukan Israel
awalnya direncakan hanya dalam 3 hari saja. Pertama kali mereka menyerang
melalui serangan udara pada tanggal 27 Desember 2008, seharusnya menurut
pemikiran mereka, akan dapat menguasai sepenuhnya Gaza dalam waktu tiga hari
saja (29 desember 2008). Mereka berencana hanya akan melakukan serangan
udara
selama 3 hari, tanpa serangan darat, lalu pada tanggal 30-31 Desember 2008
mereka akan melakukan persiapan perayaan kemenangan dan perayaan tahun baru
di
Gaza.
Dikabarkan juga pada akhir tahun 2008 tersebut, sebagian tamu undangan
yang rencananya akan menghadiri perayaan kemenangan Israel atas Gaza sudah
bersiap di perbatasan untuk selanjutnya dapat memasuki Gaza. Tapi ternyata
apa
yang mereka dapatkan sangat jauh dari apa yang mereka bayangkan. Justru
perlawanan yang sangat sengit dari pejuang HAMAS lah yang mereka dapatkan.
Hal
ini akhirnya memaksa zionis Israel untuk melakukan serangkaian serangan
sporadis ke seluruh target. Pertempuran yang awalnya hanya diperkirakan akan
dimenangkan Israel dalam waktu tiga hari, ternyata meleset sangat jauh dari
target.
Setelah perang melewati 10 hari serangan, tentara Israel mulai kehilangan
konsentrasi dan fokus serangan. Sehingga serangan yang awalnya ditargetkan
untuk menghancurkan basis-basis perlawanan HAMAS, akhirnya mulai berubah
menjadi target rakyat sipil. Tentara Israel mulai kehilangan arah sasaran.
Mereka tidak tahu lagi target mana yang harus mereka hancurkan. Dan
ternyata,
target-target bangunan yang Israel klaim di media merupakan basis HAMAS,
pada
kenyataannya itu tidak lain hanyalah bangunan yang kosong tidak berpenghuni,
atau bahkan malah target fasilitas publik dan sipil. Jika kita perhatikan
berita di media asing, Israel selalu berkilah bahwa target sipil yang mereka
hancurkan itu karena HAMAS sering menjadikan tempat-tempat macam itu sebagai
tempat perlindungan dan gudang persenjataan. Padahal yang sebenarnya itu
dilakukan Israel tidak lain hanya karena sudah bingung dan tidak tahu lagi
target serangan.
Kemudian salah satu pejabat HAMAS tersebut melanjutkan ceritanya kepada Ust.
Hilmi. Beliau menambahkan, bahwa ternyata pihak Israel sebelumnya telah
mempersiapkan pasukan elite mereka untuk berlatih sebelum serangan
dilakukan.
Jadi apa yang mereka lakukan itu tentunya bukan dilakukan dengan spontan,
melainkan sudah melalui perencanaan yang matang. Para pasukan khusus itu
dilatih di sebuah tempat yang kondisinya dibuat persis sama seperti keadaan
di
kota Gaza. Mulai dari bangunan, jalan-jalan, bahkan sampai gang-gang sempit,
semuanya dibuat mirip seperti kota Gaza. Ini diharapkan ketika mereka
melakukan serangan darat, maka sudah dapat mengetahui medan pertempuran
dengan sebaik- baiknya. Tetapi ternyata apa yang mereka dapatkan setelah
terjun langsung ke medan pertempuran yang sebenarnya? Ternyata apa yang
mereka dapatkan sungguh berbeda menurut pandangan mereka. Target yang
awalnya sudah mereka rencanakan dan dicurigai merupakan tempat persembunyian
tentara pejuang Palestina ternyata tidak pernah mereka temukan. Ketika
mereka masuk ke bangunan atau rumah yang awalnya mereka curigai sebagai
markas, ternyata tidak lain hanyalah sebuah rumah biasa milik penduduk
sipil.
Barangkali kita bertanya-bertanya dalam benak kita semua. Bagaimana mungkin
HAMAS tetap bisa menggalang kekuatan. Padahal sekeliling kota Gaza sudah
diblokade dengan tembok-tembok raksasa dan pos penjagaan di tiap perbatasan.
Dari mana mereka mendapatkan suplai untuk persenjataan mereka? Di luar
dugaan,
ternyata roket-roket yang dibuat HAMAS itu terbuat dari barang-barang bekas.
Rangka roketnya terbuat dari bekas tiang listrik, kabel-kabel sambungan
detonatornya terbuat dari kabel yang ada di rumah-rumah warga, bahan bakar
roketnya terbuat dari gula, dan hulu ledaknya terbuat dari kimia
sederhana yang mereka racik sedemikian rupa. Selain itu, suplai bahan baku
senjata
juga mereka dapatkan melalui ratusan terowongan yang mereka buat yang
melintasi
perbatasan.
Israel mengklaim bahwa mereka telah berhasil menghancurkan banyak terowongan
yang sering dimanfaatkan warga Gaza untuk transfer barang dari dan ke kota
Gaza. Tetapi yang perlu kita ketahui adalah ternyata apa yang berhasil
Israel
hancurkan itu hanya 200 terowongan dari total terowongan yang berjumlah 800
buah. Jadi setidaknya masih ada 600 terowongan yang tersisa dan belum
hancur.
Adapun terowongan yang sudah hancur tersebut, pihak HAMAS menyebutkan bahwa
mereka akan selesai memperbaikinya kembali hanya dalam 3 bulan.
Secara fisik, mungkin HAMAS lah yang paling banyak menderita kerugian. Namun
ini sama sekali bukanlah indikasi kekalahan HAMAS. Justru Israel lah yang
kalah! Betapa tidak, HAMAS telah membuat perlawanan yang sangat sengit
sehingga Israel melewati target lama pertempuran yang telah direncanakan,
dan akhirnya mundur dari Gaza tanpa syarat apa pun. Ingat... tanpa syarat
apapun!!! Justru pihak Israel lah yang pertama kali mengumumkan gencatan
senjata sepihak,
sementara pada saat itu HAMAS sama sekali menolak gencatan senjata dan terus
memberi perlawanan. Bahkan menurut kabar, lima menit sebelum Israel
mengumumkan gencatan senjata, HAMAS masih meluncurkan roketnya ke wilayah
Israel. Secara tersirat, HAMAS seolah ingin memberikan ancaman pada Israel
bahwa perlawanan mereka tidak pernah berhenti sedikit pun dan kondisi
persenjataan mereka masih dalam kondisi prima. Perlu ditambahkan juga bahwa
selama perang Gaza, HAMAS telah meluncurkan sekitar 900 roket, dan itu tidak
lebih hanya 1 % dari total jumlah roket yang mereka miliki.
Lebih jauh lagi, salah satu pejabat HAMAS tersebut menyampaikan bahwa mereka
sama sekali tidak membutuhkan kiriman pasukan mujahid dari negara mana pun.
Beliau mengatakan, "kami hanya kehilangan 48 orang mujahid selama perang
berlangsung, dan masih punya belasan ribu pasukan yang lain." Melalui Ust.
Hilmi, para pejuang HAMAS ingin mengucapkan rasa terimakasih dan rasa bangga
yang sebesar-besarnya atas apa yang telah diupayakan rakyat Indonesia. HAMAS
berharap bahwa kalaupun ada yang ingin memberikan bantuannya kepada
Palestina,
maka berikanlah bantuan itu dalam wujud bantuan kemanusiaan berupa makanan,
minuman, obat-obatan, pakaian, atau uang tunai. Karena sesungguhnya itu yang
lebih mereka butuhkan daripada mengirimkan bantuan pasukan jihad.
InsyaAllah.. . apa yang telah kita upayakan bersama ini untuk membantu
rakyat
Palestina bukanlah yang terakhir kali. Masih akan datang lagi
bantuan-bantuan
berikutnya. Pendistribusian bantuan yang dilakukan secara bertahap dan tidak
sekaligus memang bukan tanpa alasan. Ini dikarenakan pemerintah Mesir yang
berbatasan langsung dengan Gaza tidak mau untuk memberikan izin masuk
Gaza jika dilakukan secara besar-besaran. Salah satu pihak pejabat Mesir
mengatakan bahwa mereka tidak mau ambil risiko dengan pihak Israel. Sehingga
hal ini membuat kita untuk secara bertahap dan sedikit-sedikit dalam
menyalurkan bantuan ke Gaza.
Barangkali perlu juga menjadi catatan bagi kita, bahwa ternyata aksi-aksi
yang kita lakukan selama ini ternyata adalah aksi terbesar di selurh dunia.
Di saat saudara-saudara kita di belahan dunia lain harus dikejar-kejar
polisi dan dijaga ribuan aparat setiap melakukan aksi solidaritas, lain
halnya dengan apa yang kita lakukan di Indonesia. Semangat pembelaan
terhadap bangsa Palestina harus terus kita gelorakan di bumi manapun kita
berada. Jangan pernah berhenti hingga yahudi laknatullah itu pergi dari bumi
jajahan mereka, dan Palestina terbebaskan sepenuhnya dari cengkraman yahudi.
Allahu akbar!!!
Sadarkah antum bahwa berita yang kita dapatkan dalam siaran berita di televisi maupun lembaran koran seluruh dunia seputar perang Gaza rata-rata banyak sekali yang mengekspos penderitaan bangsa Palestina. Di sisi lain sering kali kita perhatikan ditampilkannya kabar bahwa seolah-olah Israel
telah berhasil menang
dalam peperangan yang mereka kobarkan di Gaza. Kita berhusnudzan, barangkali
apa yang dilakukan media adalah cara mereka dalam memberi dukungan bagi
rakyat
Palestina. Semakin nampak penderitaan bangsa Palestina di hadapan dunia,
maka
otomatis akan semakin membangkitkan semangat pembelaan bagi rakyat
Palestina.
Namun nampaknya jarang sekali kita dengar kabar yang menggembirakan
atas bangsa Palestina selama perang 22 hari di Gaza. Tahukah antum bahwa
ternyata banyak sekali Allah turunkan pertolongan- Nya bagi rakyat Palestina
selama perang 22
hari itu. Apa yang akan saya ceritakan berikut tidak banyak diekspos oleh
media. Entah kenapa, atau mungkin karena apa yang mereka dapatkan
bukan berasal dari sumber utama para tentara pejuang kemerdekaan Palestina
(brigade izzudin al-qassam dan HAMAS).
Dalam salah satu acara malam penggalangan dana untuk Palestina, Ust. Hilmi
Aminudin bercerita tentang pengalaman beliau ketika mengantarkan
rombongan para penyalur bantuan dari rakyat Indonesia langsung ke pemerintah
HAMAS di Palestina. Alhamdulillah saya beruntung dapat mendengarkan cerita
beliau secara langsung, dan kemudian saya ceritakan kembali pada teman-teman
semua.
Selama kunjungannya di Palestina, Ust. Hilmi disambut langsung oleh para
petinggi HAMAS. Beliau disambut di perbatasan Raffah-Mesir. Beliau beserta
rombongan tidak diizinkan masuk ke Gaza oleh pemerintah Mesir dengan alasan
keamanan. Oleh karena itu, para petinggi HAMAS tersebut yang akhirnya
menghampiri perbatasan untuk melakukan dialog. Ust. Hilmi beserta rombongan
pada waktu itu membawa dana segar hasil pengumpulan dana dalam demonstrasi-
demonstrasi yang dilakukan bangsa Indonesia selama agresi Israel
berlangsung.
Alhamdulillah, total dana yang diberikan adalah sebesar 2 juta US dollar.
Seolah sambil sedikit bercanda, Ust. Hilmi mengatakan bahwa uang yang
terkumpul tersebut merupakan infaknya 'minal fukhoro wal masakin' (infaknya
orang-orang fakir dan miskin). Maksudnya tentu bukan merendahkan yang
memberikan
infak itu.
Melainkan memberi gambaran bahwa jika uang yang dikumpulkan dari hasil
demontrasi jalanan saja bisa sampai terkumpul 2 juta dollar, maka apalagi
jika
sudah melibatkan para agnia dan pengusaha? InsyaAllah dijamin jumlahnya akan
berlipat lebih besar lagi.
Dalam dialog yang berlangsung bersama para pemimpin HAMAS tersebut, Ust.
Hilmi
banyak mendapatkan cerita kondisi yang sebenarnya dialami oleh para
tentara al- qassam. Subhanallah. .. ternyata Allah telah banyak menurunkan
pertolongan dan lindungan-Nya selama perang berlangsung. Sangat banyak hal
yang secara akal tidak lah mungkin terjadi. Pertama, secara kesenjataan,
sudah sangat jelas bahwa perbandingan kekuatan persenjataan antara HAMAS dan
Israel
sangatlah jauh berbeda. Dalam sistem pertahanan kesenjataan, Israel
menempati urutan keempat di dunia setelah Amerika Serikat, China, dan
Inggris. Ini pun masih belum termasuk dengan bantuan militer yang diberikan
Amerika Serikat untuk mendukung persenjataan selama perang Gaza.
Menurut salah satu sumber, disebutkan bahwa untuk perang Gaza, Amerika telah
menyuplai persenjataan sebanyak lebih dari 60.000 ton. Bantuan itu dikirim
dalam ratusan buah kontainer besar. Bantuan senjata ini dipercaya sebagai
suplai senjata yang terbesar sepanjang sejarah persekongkolan
Amerika-Israel. Maka coba bandingkanlah dengan HAMAS hanya mempersenjatai
diri mereka dengan roket-roket berdaya jelajah menengah dengan daya rusak
yang tidak terlalu besar.
Kedua, jika dilihat dari besarnya pasukan, HAMAS hanya memiliki sekitar
15.000 personil. Sedangkan Israel memiliki 130.000 tentara aktif dan lebih
dari 400.000 tentara cadangan. Ketiga, dari segi medan pertempuran, Gaza
adalah kota yang terisolir. Sekelilingnya dibatasi oleh tembok-tembok
blokade sepanjang lebih dari 750 KM dengan tinggi 8 meter, dan di setiap 10
meternya telah siap tentara Israel di atas pos blokade yang siap menembak
mati siapapun warga Palestina yang mencoba mendekati tembok blockade
tersebut. Segala hal hampir membuat tidak masuk akal bagi pejuang Palestina
untuk memenangkan pertempuran.
Beberapa hari ke belakang kita menyaksikan sama-sama berita yang
menceritakan
aksi perayaan kemenangan yang dilakukan warga Palestina baik yang di
jalur Gaza maupun di tepi Barat. Bagi sebagian orang barangkali merasa
heran, kemenangan macam apakah itu? Bukankah sudah lebih dari 1.200 orang
menemui syahid, 5.000 lebih orang luka-luka, 13 masjid dibom, ribuan rumah
hancur, jalan dan sarana publik hancur total. Apakah ini yang disebut dengan
kemenangan? hal ini lah
yang tidak kita ketahui kebenaran yang sesungguhnya.
Setidaknya ada beberapa alasan yang membuat Palestina memenangkan
pertempuran.
Para petinggi HAMAS itu bercerita, sebenarnya serangan yang dilakukan Israel
awalnya direncakan hanya dalam 3 hari saja. Pertama kali mereka menyerang
melalui serangan udara pada tanggal 27 Desember 2008, seharusnya menurut
pemikiran mereka, akan dapat menguasai sepenuhnya Gaza dalam waktu tiga hari
saja (29 desember 2008). Mereka berencana hanya akan melakukan serangan
udara
selama 3 hari, tanpa serangan darat, lalu pada tanggal 30-31 Desember 2008
mereka akan melakukan persiapan perayaan kemenangan dan perayaan tahun baru
di
Gaza.
Dikabarkan juga pada akhir tahun 2008 tersebut, sebagian tamu undangan
yang rencananya akan menghadiri perayaan kemenangan Israel atas Gaza sudah
bersiap di perbatasan untuk selanjutnya dapat memasuki Gaza. Tapi ternyata
apa
yang mereka dapatkan sangat jauh dari apa yang mereka bayangkan. Justru
perlawanan yang sangat sengit dari pejuang HAMAS lah yang mereka dapatkan.
Hal
ini akhirnya memaksa zionis Israel untuk melakukan serangkaian serangan
sporadis ke seluruh target. Pertempuran yang awalnya hanya diperkirakan akan
dimenangkan Israel dalam waktu tiga hari, ternyata meleset sangat jauh dari
target.
Setelah perang melewati 10 hari serangan, tentara Israel mulai kehilangan
konsentrasi dan fokus serangan. Sehingga serangan yang awalnya ditargetkan
untuk menghancurkan basis-basis perlawanan HAMAS, akhirnya mulai berubah
menjadi target rakyat sipil. Tentara Israel mulai kehilangan arah sasaran.
Mereka tidak tahu lagi target mana yang harus mereka hancurkan. Dan
ternyata,
target-target bangunan yang Israel klaim di media merupakan basis HAMAS,
pada
kenyataannya itu tidak lain hanyalah bangunan yang kosong tidak berpenghuni,
atau bahkan malah target fasilitas publik dan sipil. Jika kita perhatikan
berita di media asing, Israel selalu berkilah bahwa target sipil yang mereka
hancurkan itu karena HAMAS sering menjadikan tempat-tempat macam itu sebagai
tempat perlindungan dan gudang persenjataan. Padahal yang sebenarnya itu
dilakukan Israel tidak lain hanya karena sudah bingung dan tidak tahu lagi
target serangan.
Kemudian salah satu pejabat HAMAS tersebut melanjutkan ceritanya kepada Ust.
Hilmi. Beliau menambahkan, bahwa ternyata pihak Israel sebelumnya telah
mempersiapkan pasukan elite mereka untuk berlatih sebelum serangan
dilakukan.
Jadi apa yang mereka lakukan itu tentunya bukan dilakukan dengan spontan,
melainkan sudah melalui perencanaan yang matang. Para pasukan khusus itu
dilatih di sebuah tempat yang kondisinya dibuat persis sama seperti keadaan
di
kota Gaza. Mulai dari bangunan, jalan-jalan, bahkan sampai gang-gang sempit,
semuanya dibuat mirip seperti kota Gaza. Ini diharapkan ketika mereka
melakukan serangan darat, maka sudah dapat mengetahui medan pertempuran
dengan sebaik- baiknya. Tetapi ternyata apa yang mereka dapatkan setelah
terjun langsung ke medan pertempuran yang sebenarnya? Ternyata apa yang
mereka dapatkan sungguh berbeda menurut pandangan mereka. Target yang
awalnya sudah mereka rencanakan dan dicurigai merupakan tempat persembunyian
tentara pejuang Palestina ternyata tidak pernah mereka temukan. Ketika
mereka masuk ke bangunan atau rumah yang awalnya mereka curigai sebagai
markas, ternyata tidak lain hanyalah sebuah rumah biasa milik penduduk
sipil.
Barangkali kita bertanya-bertanya dalam benak kita semua. Bagaimana mungkin
HAMAS tetap bisa menggalang kekuatan. Padahal sekeliling kota Gaza sudah
diblokade dengan tembok-tembok raksasa dan pos penjagaan di tiap perbatasan.
Dari mana mereka mendapatkan suplai untuk persenjataan mereka? Di luar
dugaan,
ternyata roket-roket yang dibuat HAMAS itu terbuat dari barang-barang bekas.
Rangka roketnya terbuat dari bekas tiang listrik, kabel-kabel sambungan
detonatornya terbuat dari kabel yang ada di rumah-rumah warga, bahan bakar
roketnya terbuat dari gula, dan hulu ledaknya terbuat dari kimia
sederhana yang mereka racik sedemikian rupa. Selain itu, suplai bahan baku
senjata
juga mereka dapatkan melalui ratusan terowongan yang mereka buat yang
melintasi
perbatasan.
Israel mengklaim bahwa mereka telah berhasil menghancurkan banyak terowongan
yang sering dimanfaatkan warga Gaza untuk transfer barang dari dan ke kota
Gaza. Tetapi yang perlu kita ketahui adalah ternyata apa yang berhasil
Israel
hancurkan itu hanya 200 terowongan dari total terowongan yang berjumlah 800
buah. Jadi setidaknya masih ada 600 terowongan yang tersisa dan belum
hancur.
Adapun terowongan yang sudah hancur tersebut, pihak HAMAS menyebutkan bahwa
mereka akan selesai memperbaikinya kembali hanya dalam 3 bulan.
Secara fisik, mungkin HAMAS lah yang paling banyak menderita kerugian. Namun
ini sama sekali bukanlah indikasi kekalahan HAMAS. Justru Israel lah yang
kalah! Betapa tidak, HAMAS telah membuat perlawanan yang sangat sengit
sehingga Israel melewati target lama pertempuran yang telah direncanakan,
dan akhirnya mundur dari Gaza tanpa syarat apa pun. Ingat... tanpa syarat
apapun!!! Justru pihak Israel lah yang pertama kali mengumumkan gencatan
senjata sepihak,
sementara pada saat itu HAMAS sama sekali menolak gencatan senjata dan terus
memberi perlawanan. Bahkan menurut kabar, lima menit sebelum Israel
mengumumkan gencatan senjata, HAMAS masih meluncurkan roketnya ke wilayah
Israel. Secara tersirat, HAMAS seolah ingin memberikan ancaman pada Israel
bahwa perlawanan mereka tidak pernah berhenti sedikit pun dan kondisi
persenjataan mereka masih dalam kondisi prima. Perlu ditambahkan juga bahwa
selama perang Gaza, HAMAS telah meluncurkan sekitar 900 roket, dan itu tidak
lebih hanya 1 % dari total jumlah roket yang mereka miliki.
Lebih jauh lagi, salah satu pejabat HAMAS tersebut menyampaikan bahwa mereka
sama sekali tidak membutuhkan kiriman pasukan mujahid dari negara mana pun.
Beliau mengatakan, "kami hanya kehilangan 48 orang mujahid selama perang
berlangsung, dan masih punya belasan ribu pasukan yang lain." Melalui Ust.
Hilmi, para pejuang HAMAS ingin mengucapkan rasa terimakasih dan rasa bangga
yang sebesar-besarnya atas apa yang telah diupayakan rakyat Indonesia. HAMAS
berharap bahwa kalaupun ada yang ingin memberikan bantuannya kepada
Palestina,
maka berikanlah bantuan itu dalam wujud bantuan kemanusiaan berupa makanan,
minuman, obat-obatan, pakaian, atau uang tunai. Karena sesungguhnya itu yang
lebih mereka butuhkan daripada mengirimkan bantuan pasukan jihad.
InsyaAllah.. . apa yang telah kita upayakan bersama ini untuk membantu
rakyat
Palestina bukanlah yang terakhir kali. Masih akan datang lagi
bantuan-bantuan
berikutnya. Pendistribusian bantuan yang dilakukan secara bertahap dan tidak
sekaligus memang bukan tanpa alasan. Ini dikarenakan pemerintah Mesir yang
berbatasan langsung dengan Gaza tidak mau untuk memberikan izin masuk
Gaza jika dilakukan secara besar-besaran. Salah satu pihak pejabat Mesir
mengatakan bahwa mereka tidak mau ambil risiko dengan pihak Israel. Sehingga
hal ini membuat kita untuk secara bertahap dan sedikit-sedikit dalam
menyalurkan bantuan ke Gaza.
Barangkali perlu juga menjadi catatan bagi kita, bahwa ternyata aksi-aksi
yang kita lakukan selama ini ternyata adalah aksi terbesar di selurh dunia.
Di saat saudara-saudara kita di belahan dunia lain harus dikejar-kejar
polisi dan dijaga ribuan aparat setiap melakukan aksi solidaritas, lain
halnya dengan apa yang kita lakukan di Indonesia. Semangat pembelaan
terhadap bangsa Palestina harus terus kita gelorakan di bumi manapun kita
berada. Jangan pernah berhenti hingga yahudi laknatullah itu pergi dari bumi
jajahan mereka, dan Palestina terbebaskan sepenuhnya dari cengkraman yahudi.
Allahu akbar!!!