Mungkin bagi sebagian
orang ngetrip nyaman itu adalah impian tapi bagi gue jalan-jalan adalah sebuah
tantangan. Bagaimana kita bisa survive dengan yang ada. Pernah beberapa kali
tidur di pinggir jalan atau numpang tidur di loby hotel. Tidak selamanya gue
kaya gitu. Pernah kok tidur di hotel atau sekedar numpang nginep di rumah
temen. Ok lanjut sekuel gue tentang Backpacker ke Pulau Seribu yang part 1 dan
2 udah tayang harus di selesaikan.
Sahutan adzan subuh
berkumandang di pulau Harapan, nampaknya gue tertidur lumayan pulas malam itu
walau hanya beralaskan flysheet si mba. Subuh itu gue bergegas ke masjid untuk
sholat subuh sekalian juga bersih-bersih dan cuci muka biar ganteng. Caca gue bangunin, dia tidur di hammock tapi
dia menyuruh gue duluan karena dia masih ngantuk. Sehabis sholat, gue mencharge
hp dan ngobrol-ngobrol sama marbot mesjid apa yang bisa di eksplor di pulau
ini.
Sambil menunggu caca datang
gue membuat ittenary mau kemana hari ini, karena kapal ferry baru berangkat jam
11 siang. Masih ada waktu 5 jam lagi sampai siang akhirnya gue bikin rencana ke
penangkaran penyu, menyusuri pulau kelapa dan kelapa dua yang katanya banyak
warga dari bugis dengan khas rumah panggungnya. Jam 5.30 caca menyusul ke
masjid dan dia sholat dulu lalu bersih-bersih.
Pagi itu sebenarnya
kami kelaparan tapi saat ngecek duit hanya cukup untuk pulang dan main ke pulau
Kelapa Dua serta masuk ke penangkaran penyu. Bahkan gue berbisik ke caca “ ca
kalo duit gue abis pinjem ya”. Untuk mengganjal perut beruntung banget gue bawa
beng-beng sisaan dari jalan ke pulau merak dan gue beli air panas seharga Rp. 2000 untuk
buat kopi dan di masukkan ke dalam botol. Sambil menikmati sunrise di pinggir
dermaga kami menikmati secangkir sebotol kopi. Mentari sudah sedikit
naik akhirnya kami berdua kembali menyusuri jalanan sempit menuju penangkaran
penyu.
Menggunakan GPS
(gunakan Penduduk Sekitar) akhirnya kami sampai ke penangkaran penyu. Penangkaran
ini ternyata terletak dekat tempat waktu itu gue sama ID corners makan malam,
patokan menuju ke penangkaran ini tinggal jalan kaki menuju TPU (Tempat
Pemakaman Umum) dan sebelumnya sudah terlihat plang tanda tempat penangkaran
tepat di sebelah kiri. Kami menjadi yang pertama masuk ke dalam penangkaran ini.
Membayar Rp. 5000 rupiah ekspetasi kami agak kecewa karena tempatnya agak kecil
namun terbantu penangkaran penyu langsung ke laut lepas jadi cukup puas duduk
sambil melihat laut dan penyu di bawah jembatan.
Menurut bapak penjaga
bahwa hanya ada 3 penangkaran penyu di pulau seribu, yaitu di pulau Pramuka,
pulau Harapan dan Pulau Kelapa Dua. Telur-telur penyu ini biasa di dapat di
sekitar gugusan sekita Pulau Harapan seperti di pulau Petelur barat ,Timur, Gosong Rengat, Pancalira barat, Kayu angin dan
Bira. Pada nantinya telur-telur ini akan ditetaskan, setelah menetas lalu tukik-tukik ini akan di bebaskan ke alam
bebas. Untuk teman-teman yang mau melakukan pelepasan penyu juga bisa tetapi
harus izin dahulu ke badan konservasi laut kehutanan di Salemba.
Sambil santai dan duduk
manis melihat-melihat penyu yang berenang di laut kami berdua merencakanan
ittenary berikutnya. Akhirnya kami berdua memutuskan ke pulau Kelapa Dua, pulau
ini terletak di seberang pulau Harapan dan dapat di akses melalui ojek perahu
melalu Pulau Kelapa. Akhirnya kami berjalan menyusuri jalan menuju pulau Kelapa
yang bisa di tempuh kurang lebih 5km.
Pulau Kelapa dengan
Pulau Harapan mungkin susunan bangunan dan penduduknya masih sama, namun di
Pulau Kelapa ini jarang ada homestay sedangkan di pulau Harapan sudah banyak
tersedia. Pulau Kelapa ini agak padat rumahnya dan banyak gang. Setelah bertanya-tanya
akhirnya kami menemukan dermaga untuk menyebrang. Eits waktu itu gue bingung
kok tidak ada perahu untuk nyebrang ya?,
celingak-celinguk
akhirnya tanya sama orang yang lagi mancing : “pak kapalnya dimana??”
Pemancing : “ berdiri
aja di dermaga situ sambil melambaikan tangan, perahunya lagi di seberang” tak
beberapa lama kemudian perahu ojek sampai.
Saat di ojek di tanya
mau langsung ke kantor apa ke dermaga?? Karena gue mau liat-liat suasan rumah
di Pulau Kelapa Dua kita turun di dermaga. Perjalanan menuju pulau Kelapa Dua
memakan waktu kurang lebih 5 menit. Menurut supir ojek, Pulau Kelapa Dua
penduduknya kebanyakan dari suku bugis dan kelihatan dari deretan rumah
panggung dan cat yang warna-warni. Melihat pemandangan ini saya jadi inget
dengan ToliToli dan pulau lutungan dengan lingayan merupakan salah satu daerah
di Sulawesi yang rata-rata penduduknya suku bugis.
Kami berjalan menyusuri
deretan rumah panggung khas bugis menuju tempat penangkaran penyu di ujung
pulau ini. Sampai disana ternyata masih sepi dan di tutup, mau masuk tapi
karena tempatnya hampir sama dengan penangkaran penyu di Pulau Harapan hanya
beda disini penyu di taruh di ruangan tidak di tepi laut. Tidak jadi masuk ke
penangkaran kami tertuju terhadap barisan pohon bakau di sebelah kanan bangunan
penangkaran ini.
Tanaman bakau yang
berfungsi sebagai pelindung dari abrasi ini masih belum besar namun tertata
rapih, sangat enak di pandang dan yang pasti bagus untuk poto-poto. Puas poto-poto
dan bersantai sejenak di pinggir jembatan kayu yang berada di tengah
pohon-pohon bakau kami melanjutkan kembali berjalan. Berangkat kami melewati
barisan rumah-rumah panggung pulangnya kami melalui pinggiran pantai untuk menuju
dermaga, di sepanjang ini banyak para pembuat perahu-perahu.
Kembali naek ojek
kembali ke pulau Kelapa jam sudah menujukan setengah sepuluh kami bergegas
menuju ke dermaga kapal ferry. Sampai disana sudah banyak penumpang yang akan
menaiki kapal ferry, namun kapal belum bisa untuk di masukin. Setelah menunggu 15
menit kami di perbolehkan masuk dan kami berdua akhirnya menuju bawah. Menuju tempat
tidur karena udah sepakat untuk cari kasur saja karena sudah tidak ada yang mau
di lihat di atas kapal hari saat pulang. Tepat jam 11 lebih stom 3 kali kapal
berbunyi, tanda kapal akan berangkat dan gue memilih tidur sampai dermaga Sunda
Kelapa. Sampai di Sunda Kelapa tepat jam 16.00 tidak ada terlambat. Ternyata di
Sunda Kelapa sudah ada busway yang menunggu untuk menuju shelter terdekat, gue
memilih ini agar langsung turun ke pulogadung.
Arghh selesai juga
sekuel tentang backpacker gue ini. berikut gue bikin table berapa pengeluaran
yang gue keluarkan untuk backpacker ini.
1.
|
Ongkos
Mikrolet- Stasiun Klender
|
Rp. 3000
|
2.
|
Comutter Line
Klender-Kota
|
Rp. 3000
|
3.
|
Ongkos Angkot
Kota –Sunda kelapa
|
Rp. 4000
|
4.
|
Tiket Masuk
Sunda Kelapa
|
Rp. 2500
|
5.
|
Tiket Kapal
Sabuk Nusatara 66 PP
|
Rp 30.000
|
6.
|
Kapal Hooping
Island
|
Rp. 20.000
|
7.
|
Makan Siang
dan Malem
|
Rp. 40.000
|
8.
|
Tiket Masuk
Penangkaran Penyu
|
Rp. 5000
|
9.
|
Kapal Ojek
Pulau Kelapa Dua PP
|
Rp. 5000
|
10.
|
Air Panas
|
Rp. 2000
|
11
|
Ongkos Busway
|
Rp. 3500
|
Total Rp.
117.000
|
Ternyata pengeluaran lebih
dari seratus ribu, beruntung ada caca yang bawa duit agak lebihan jadi gue bisa
pinjem duitnya supaya bisa pulang ke rumah. Berminat untuk traveling?? Atau Backpackeran
Low Cost? Yuk di coba…
ini link yang
Part 1
Part 2
ini link yang
Part 1
Part 2
Yukkkk
ReplyDeleteThanks ade nduttt lucu inpoh yaaa
Angkat ranselnya mba
DeleteSuka angkanya.. 117.. :)
ReplyDeleteJangan di pasang ya mbaaa 😂😂😂
Deletekapan lah culit ante ana nduttt
ReplyDeletekapan lah culit ante ana nduttt
ReplyDeleteKamu kapan ga sibuknya tante.. ayolah kuy kapan2
Delete17 rebu selisihnya, sama temen mah cincailah. Gue mau nyoba neh. Temenin dong, doel!
ReplyDeleteTanggal 23-24 september mau main d pramuka mba.. niat mau ke pulau panggang atau ya eksplor d skitar situ.. kuy mba donn
DeleteWah boleh dicoba nih. Thx u Bang Doel
ReplyDeleteKeren banget 17.000 uang yg harus di bayar dari rencana. Penyu bagus Banget Dan lucu..
ReplyDelete