Ketika fundamental adalah teroris
dan demokrasi berorasi dalam alunan kata rangkaian Iblis
Sumpah serapah untaian kata prajurit liberalis
syair demokrasi pemecah belah
Propaganda mata-mata logika yang dustakan nilai akidah
neraka tipu daya pluralisme agama
dari teluk Ambalat hingga fenomena Syi’ah versus Sunni di iraq
terdesak dari pertikaian bidak catur yang buta terkuak
membakar initisari ukhuwah di atas ego golongan
pukul rata keluguan umat layaknya seribu ahli syurga
maka bersuka citalah penemu benua amerika
ketika pengunjung ka’bah tak sajikan suara atas darah di Palestina
restu dari misteri militansi Taliban
sempurna dalam kerapuhan mata-mata ketaqwaan
ketika kapitalisme begitu manjur bersahabat dengan ketupat lebaran
dan Islam membunuh Islam menjadi pahala
merenkarnasi ala sandi liang lahat slogan kekhalifahan
perderu batas propanganda dakwah palsu
berdiri diantara kesombongan rohani terrbalut hawa nafsu
pemuja wajah arsitektur media kekafiran
ketika argumentasi mentahkan cerita para salafusshaleh
dan serumpun jihad harus terpecah belah
untuk satu alasan serupa
ketika semua merasa yang paling ahlusunnah wal jama’ah
Berapa lagi umur umat Islam…
Hermeneutika dari omong kosong logika absurd kaum orientalis
pudarkan mantel definisi jelaga retoris
menggubris sandi alam dajjal penghinat historis
membackup batas individualis teorikal para badut Zionis
untuk setiap molotov dari setiap botol Cocacola
dan McDonal jadi 100% halal bersenggama
berduet bersama Marlboro dan tafsir al Azhar
berceritalah para anekdot ateis
dalam kedangkalan akidah syeikh siti djenar
dari catatan putih para penghianat tauhid
untuk para pembual…
yang ikut membantai saudara Islam kami di seluruh dunia
Mengubah jenin menjadi diskotik baru berlabel anti terorisme global
berduet bersama Ariel Sharon dan pemikiran liberal
bumbu paling menyedihkan dari fenomena bir bintang 0% alkohol
dan senyawa paramadina telah cukup membuat islam menjadi tolol
sengketa tanah dan minyak bumi
batu bara membara membantai sesama
propaganda atas umat yang tak bersalah
saat islam membunuh islam tak lagi menjadi prahara
dan setiap kuffar lebih penting menjadi saudara
menyayat duka setiap tetes mata aroma Intifadha
lupakanlah Che Guevara dan syair Faghiutan Bolivia
ketika revolusi berarti demokrasi dan sex bebas
membusuk bersama argumentasi Islam kiri
episode paling mutahir salah kaprah
Berapa lama lagi umur umat Islam..
hitunglah umur umat Islam ketika langit menghitam
di ruang hukum yang tak perlu lagi merajam
terlupakanlah Dzat yang tiupkan ruh di dalam rahim
fotosintesa dari budaya pendusta agama Ibrahim
saat al Qur’an hanya pengantar debu hiasan rumahmu
dari zaman kedzaliman yang asingkan setiap puing kemurnian Islam
ketika teroris berarti mushola dan penjaga tauhid
maka demokrasi mengambil tempat bersama selinting ganja dan Jack Daniel
panorama pembakar batas hewan dan manusia
cakrawala tahajud yang tak sanggup lagi bersujud
Pada dimensi ketika poligami berarti neraka
dan prostitusi menjadi hal asasi
ketika kondom fiesta menjadi solusi norma
menjamu kapitalisme dalam retorika syariat
raga dari propaganda Ibnu arabi
lebih busuk dari pembenaran murtad ala Nafa Urbach
dan konsensus hak cipta sukses racuni anak bangsa
dan memasang jaring konsumerisme dan idiom profesionalisme
ketika nasyid sudah tidak berbeda lagi dengan Back Streetboys
dan Dewa 19 ternyata lebih harokah dari syair Fagih Fallujah
senjata paradigma paling ironis
sejak peringatan bahaya merokok ada di setiap bungkus rokok
dan MUI belum juga mengerti bahwa hak cipta adalah milik Allah,
membakar umat sekaligus membela selangkangan Bill Gates
dan demokrasi berorasi dalam alunan kata rangkaian Iblis
Sumpah serapah untaian kata prajurit liberalis
syair demokrasi pemecah belah
Propaganda mata-mata logika yang dustakan nilai akidah
neraka tipu daya pluralisme agama
dari teluk Ambalat hingga fenomena Syi’ah versus Sunni di iraq
terdesak dari pertikaian bidak catur yang buta terkuak
membakar initisari ukhuwah di atas ego golongan
pukul rata keluguan umat layaknya seribu ahli syurga
maka bersuka citalah penemu benua amerika
ketika pengunjung ka’bah tak sajikan suara atas darah di Palestina
restu dari misteri militansi Taliban
sempurna dalam kerapuhan mata-mata ketaqwaan
ketika kapitalisme begitu manjur bersahabat dengan ketupat lebaran
dan Islam membunuh Islam menjadi pahala
merenkarnasi ala sandi liang lahat slogan kekhalifahan
perderu batas propanganda dakwah palsu
berdiri diantara kesombongan rohani terrbalut hawa nafsu
pemuja wajah arsitektur media kekafiran
ketika argumentasi mentahkan cerita para salafusshaleh
dan serumpun jihad harus terpecah belah
untuk satu alasan serupa
ketika semua merasa yang paling ahlusunnah wal jama’ah
Berapa lagi umur umat Islam…
Hermeneutika dari omong kosong logika absurd kaum orientalis
pudarkan mantel definisi jelaga retoris
menggubris sandi alam dajjal penghinat historis
membackup batas individualis teorikal para badut Zionis
untuk setiap molotov dari setiap botol Cocacola
dan McDonal jadi 100% halal bersenggama
berduet bersama Marlboro dan tafsir al Azhar
berceritalah para anekdot ateis
dalam kedangkalan akidah syeikh siti djenar
dari catatan putih para penghianat tauhid
untuk para pembual…
yang ikut membantai saudara Islam kami di seluruh dunia
Mengubah jenin menjadi diskotik baru berlabel anti terorisme global
berduet bersama Ariel Sharon dan pemikiran liberal
bumbu paling menyedihkan dari fenomena bir bintang 0% alkohol
dan senyawa paramadina telah cukup membuat islam menjadi tolol
sengketa tanah dan minyak bumi
batu bara membara membantai sesama
propaganda atas umat yang tak bersalah
saat islam membunuh islam tak lagi menjadi prahara
dan setiap kuffar lebih penting menjadi saudara
menyayat duka setiap tetes mata aroma Intifadha
lupakanlah Che Guevara dan syair Faghiutan Bolivia
ketika revolusi berarti demokrasi dan sex bebas
membusuk bersama argumentasi Islam kiri
episode paling mutahir salah kaprah
Berapa lama lagi umur umat Islam..
hitunglah umur umat Islam ketika langit menghitam
di ruang hukum yang tak perlu lagi merajam
terlupakanlah Dzat yang tiupkan ruh di dalam rahim
fotosintesa dari budaya pendusta agama Ibrahim
saat al Qur’an hanya pengantar debu hiasan rumahmu
dari zaman kedzaliman yang asingkan setiap puing kemurnian Islam
ketika teroris berarti mushola dan penjaga tauhid
maka demokrasi mengambil tempat bersama selinting ganja dan Jack Daniel
panorama pembakar batas hewan dan manusia
cakrawala tahajud yang tak sanggup lagi bersujud
Pada dimensi ketika poligami berarti neraka
dan prostitusi menjadi hal asasi
ketika kondom fiesta menjadi solusi norma
menjamu kapitalisme dalam retorika syariat
raga dari propaganda Ibnu arabi
lebih busuk dari pembenaran murtad ala Nafa Urbach
dan konsensus hak cipta sukses racuni anak bangsa
dan memasang jaring konsumerisme dan idiom profesionalisme
ketika nasyid sudah tidak berbeda lagi dengan Back Streetboys
dan Dewa 19 ternyata lebih harokah dari syair Fagih Fallujah
senjata paradigma paling ironis
sejak peringatan bahaya merokok ada di setiap bungkus rokok
dan MUI belum juga mengerti bahwa hak cipta adalah milik Allah,
membakar umat sekaligus membela selangkangan Bill Gates