Penyakit Kusta dalam Perspektif Agama - Cerita Bang Doel
News Update
Loading...

May 13, 2023

Penyakit Kusta dalam Perspektif Agama

Siapa yang tau penyakit kusta? 
Penyakit yang sudah ada dari lama ini memang menjadi hal yang ditakutkan selama ini. Banyak penderita kusta dijauhkan bahkan diskriminasi di lingkungannya. 
Maka dari itu dari Kusta adalah salah satu penyakit tertua dalam sejarah. Penyakit kusta sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi bahkan tertulis dalam kitab-kitab suci beberapa agama. Ini menjelaskan penyebab penyakit kusta atau lepra sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan masih ditemukan hingga saat ini dan pada masa purba tersebut disinyalir telah terjadi pengasingan pada pasien kusta.

Nah kemarin gue ikut dalam talkshow yang berbicara tentang kusta ini. Talkshow yang diprakarsai oleh Ruang Publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia. Tema pagi ini Kusta dalam Perspektif Agama.

Acara ini dipandu oleh host Rizal Wijaya dengan narasumber dr. Muhammad Iqbal Syauqi sebagai Dokter Umum RSI Aisyiah Malang dan Pdt. (Emeritus) Corinus Leunufna sebagai Pendeta & OYPMK atau Orang Yang Pernah Mengalami Kusta.

Tidak berhenti pada diskriminasi dari lingkungan sosial, acap kali OYPMK dan penyandang disabilitas memiliki stigma diri yang tinggi. Kesulitan kembali ke masyarakat karena hilangnya rasa percaya diri dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya. Lalu, seperti apa sih sejarah penyakit kusta ini dari perspektif agama? Serta bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang kusta?

 Ustadz Muhammad Iqbal Syauqi Al Ghiffary memberikan tanggapan bahwa “Dalam sudut pandang agama islam penyakit kusta sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan sebelumnya. "Dalam hadis-hadis Rasulullah SAW, kusta ini disebut judzam berasal dari kata jadzama – yajdzamu atau semakna dengan qatha’a -yaqtha’u yang artinya terpotong. Gambaran pada penyakit kusta pada fase yang lebih lanjut akan mengalami mutilasi atau  bagian tubuh terpotong yang menjadi patokan penyakit kusta disebut judzam,
Sikap Nabi Muhammad pada masa itu ada rasa kekhawatiran terhadap kecacatan dan stigma dari penyakit kusta. Dalam satu hadis menyebutkan, pergilah dari orang yang terkena kusta seperti bagaimana kamu lari dari singa. Ini menunjukkan bahwa kusta di masa lalu merupakan hal yang cukup ditakuti masyarakat Arab dalam konteks hadis.

Dr. Iqbal memeberitahukan ciri-ciri kusta sendiri banyak dan beragam, bisa adanya rasa nyeri di syaraf tepi, adanya bercak kulit yang memiliki warna yang berbeda dengan warna kulit, adanya mati rasa dan tidak berkeringat, bisa saja kesemutan di daerah tersebut. Pengobatan kusta sendiri karena infeksi bakteri maka cara pengobatannya hampir sama dengan orang yang menderita TBC atau tuberkolosis yang membutuhkan obat secara teratur.

Untuk pencegahan penyakit kusta sendiri dapat dilakukan dengan kebiasaan baik sehari-hari, mulai dari membersihkan diri dan lingkungan, mengonsumsi makanan yang bergizi, hingga mengajak orang-orang yang mengalami gejala-gejala kusta agar memeriksakan dirinya ke dokter.

Pendeta (Emeritus) Corinus Leunufna mengalami penyakit kusta pada tahun 2016 dengan gejala mati rasa pada kaki dan harus segera memeriksakan diri ke puskesmas. Serasa dunia berputar karena ia takut stigma yang diterimanya dari masyarakat. Ia meminum obat tanpa putus selama setahun penuh, lalu ia menjadi OYPMK. Ia tidak pernah menyesal menjadi penderita kusta karena ia sebagian rohaniwan selalu berdoa pada Tuhan untuk menolong mereka yang terkena kusta. Ia tidak takut sama sekali terhadap penyakitnya, justru stigmanya.

Pendeta Corinus menyatakan bahwa penyakit kusta banyak diceritakan dalam agama Kristen. Pembicaraannya disebut 23 kali dalam Alkitab. Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kusta dilihat sebagai kutukan Tuhan, tapi bukan penyakit, melainkan kutukan. Mereka yang menderita kusta dihindari dan tinggal sendiri dalam goa dan sumur, dan ketika memberi makan maka makanan tersebut diikat dengan tali dan talinya dibuang untuk menghindari kontak dengan penderita kusta. Di dalam Alkitab, Tuhan memberikan ujian berupa penyakit untuk melihat seberapa besar keimanan manusia.

Maka dari itu ujian dalam menjalani penyakit ini selalu menjadi perspektif yang baik untuk kita semua dalam menjalankan ibadah sesuai agama. Penyakit kusta adalah penyakit yang dimana ada obatnya dan memang harus terus dilakukan pengobatan. Menjauhi stigma juga itu juga baik bila ada ketemu OPMYK. Karena kita dapat membantu orang yang menderita. 

Share with your friends

Give us your opinion

Terimakasih sudah coment.. kalau bagus silahkan share tulisan ini... terimakaasihhh

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done