Stunting? Awal mendengar kata ini saya berpikiran sebuah kata yang
memiliki arti yang sangat panjang di negeri ini. Stunting adalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai
kebutuhan gizi. Stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Perilaku ini menjadi sorotan oleh
WHO di Indonesia, karena negara ini mendapatkan posisi ke 5 jumlah anak yang
terkena Stunting (kompas 2017). Wajar
saja masalah ini menjadi perhatian yang sangat penting oleh pihak kementrian
kesehatan. Kementrian kesehatan sendiri merilis dari Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2013) menyatakan bahwa 4 dari 10 anak (37,2%) mengalami stunting.
Masalah stunting ini ternyata banyak menyerang anak-anak. Edukasi tentang stunting ini harus dimulai dari sebelum
menjadi ibu (remaja), kemudian saat hamil, memberikan ASI Eksklusif selama enam
bulan, dan pemberian makanan bergizi seimbang, terutama bagi anak usia dua
tahun.
Banyak orang tua yang mengabaikan
hal ini. Pengembangan diri dalam persiapan jenjang pernikahan hingga berkeluarga
memang harus ditanggani serius agar masalah stunting tidak terjadi di Indonesia. WHO menyatakan bahwa 20%
kejadian stunting sudah terjadi
ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Kondisi ini diakibatkan oleh asupan
ibu selama kehamilan kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin
sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus
berlanjut setelah kelahiran.
Selain itu, stunting juga bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di
bawah usia 2 tahun tidak tercukupi. Entah itu tidak diberikan ASI ekslusif ataupun MPASI (makanan
pendamping ASI) yang diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.
Stunting sendiri sebenarnya bisa di cegah. Menurut milenial change America
(www.mca-indonesia.go.id)
pencegahan ini bisa berupa :
1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi
bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya.
Namun, kepatuhan ibu hamil untuk meminum tablet tambah darah hanya 33%. Padahal
mereka harus minimal mengkonsumsi 90 tablet selama kehamilan.
2. ASI eksklusif sampai umur 6
bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup
jumlah dan kualitasnya.
3. Memantau pertumbuhan balita di
posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya
gangguan pertumbuhan.
4. Meningkatkan akses terhadap
air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.
Berbicara tentang stunting saya kepikiran kembali tentang
jurusan kuliah saya dulu. Saya yang merupakan alumni perikanan berpikir bahwa stunting ini bisa di cegah dengan asupan
gizi yang cukup yaitu dengan cara makan ikan.
Memang kondisi sekarang bagi
anak-anak atau orang dewasa di Indonesia konsumsi ikan masih rendah. Menurut
kementrian kelautan dan perikanan data tahun 2011 tingkat konsumsi ikan
nasional tahun ini baru mencapai 30,48 Kg per kapita per tahun yang artinya
masih dibawah tingkat konsumsi ikan menurut pola pangan harapan sebesar 31,40
kg per kapita per tahun (okezone 2011). Pola konsumsi ikan kita ini masih cukup
jauh denan konsusi ikan di jepang dengan rata-rata konsumsi ikan 60kg per tahun
dan bila di bandingkan dengan negara tetangga kita Malaysia yang sudah mencapai sekitar
37 KG per tahun.
Wajar saja memang masalah ini
berkorelasi dengan stunting yang
notabene adalah masalah gizi. Saat ini di Indonesia yang merupakan negara kepulauan,
makan ikan menjadi hal yang jarang dilakukan. Coba cek di menu makanan kita
apakah ada ikan di setiap lauknya? Padahal ikan sendiri mempunyai kandungan
yang sangat bermanfaat
Saya ambil contoh beberapa
kandungan ikan yang ada di Indonesia
Dari data di atas lihatlah bahwa
kandungan protein dari ikan yang ada dan sering di meja makan di rumah-rumah Indonesia.
Saya ambil dari ikan lele, ikan yang banyak orang suka ini ternyata mempunyai
kandungan protein yang sangat baik.
Ikan sendiri mempunyai Protein yangmemberi
kontribusi terbesar dalam kelompok sumber protein hewani, sekitar 57,2%. Protein
berkualitas tinggi (asam amino lysine daya cerna tinggi); Kandungan asam lemak omega 3 (DHA & EPA)
tinggi; Vitamin A, D (larut dalam lemak & cenderung stabil); Mineral (Iodium, Selenium, Phospor, Besi,
Calcium, Zinc, dll); Rendah kalori
(cocok untuk DIET) Rendah lemak jenuh (HDL pada ikan lebih tinggi). (Gizi
Depkes.Co.id)
Ikan merupakan sumber protein
yang sangat mudah didapatkan saat ini di Indonesia. Ikan juga bisa banyak
macamnya. Selain protein ikan juga memiliki kandungan omega 3. Sudah tahukan
apa itu omega 3? Omega-3 adalah asam lemak esensial, yang artinya zat ini tidak
dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, sedangkan manfaat omega 3 ini cukup besar
bagi kesehatan tubuh. Sebagai contoh untuk kecerdasan otak anak, kesehatan
mata, jantung, bahkan mencegah penyakit kanker. Asam lemak esensial ini bisa di
dapatkan dari makanan laut seperti ikan salmon, tuna, sarden dan makanan laut
jenis lainnya seperti lobster dan udang. Juga dari beberapa jenis tanaman
seperti kacang-kacangan, dan biji-bijian (Mediskus.com)
Ternyata ikan itu banyak
manfaatnya kan? Bahkan Menteri kesehatan juga menyarankan untuk makan ikan. Menurut
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek “masyarakat mengubah mindset agar
lebih senang makan ikan sehingga mendapatkan protein dari ikan. Seharusnya,
ikan bisa menjadi makanan utama bagi masyarakat karena memiliki protein tinggi
bila dimasak dengan benar. Berbagai jenis ikan, mulai ikan yang bertulang
belakang, tidak bertulang (cumi-cumi dan gurita), hingga kerang-kerangan,
menjadi kekayaan yang melimpah di Indonesia. Tidak hanya di lautan, ikan
perairan daratan di Indonesia juga kaya, contohnya lele, mujair, dan nila”.
Ibu Menteri Kesahatan Memberikan Pemaparan tentang manfaat makan ikan (Sehat.kemenkes.go.id)
Maka dari itu saya sebagai alumni
perikanan mengajak untuk terus mengkonsumsi ikan untuk mendapatkan gizi yang
baik yang dapat mencegah stunting. Oh
iya makan ikan tidak harus makan ikan secara langsung. Sekarang sudah banyak
olahan ikan yang ada. Bila tidak suka makan ikan langsung dapat dicoba makan
nugget ikan, brownies ikan hingga bakso ikan. Selain produk olahan ikan yang
modern, olahan ikan tradisional pun bisa menjadi tambahan bagi asupan gizi
dalam mencegah stunting seperti makan
ikan pindang, ikan pepes atau ikan asin.
Sudah siapkan cegah stunting untuk anak-anak kita? Yuk mari
makan ikan untuk pencegahan Stunting.
sumber :
1. Buku 100 hari gizi nusantara (www.mca-indonesia.go.id)
2. 17 hal penting tentang omega 3 (www.mediskus.com)
3. Pentingnya makan ikan (Gizi.depkes.co.id)
4. Makan ikan cegah stunting (sehatnegeriku.kemekes.co.id)
Miris ya, Indonesia negara kelautan tapi yg rajin konsumsi ikan masih minim --" Padahal konsumsi ikan adalah salah satu cara untuk mencegah stunting.
ReplyDeleteMakan ikan memang menyehatkan. Dan ternyata bisa mencegah stunting ya.
ReplyDeleteKalo sampe kena stunting yg bahayanya adalah dampak pada perkembangan otak yg berpengaruh pada iq anak.. pengetahun2 kaya gini nih yg mesti viral dan banyak diketahui pasangan2 baru nikah.
ReplyDeleteBlognya imoet ya kayak orangnya hahaha. Kebiasaan makan ikan itu bagaimana kebiasaan makan dari kecil lho. Pun dengan kesadaran sendiri setelah dewasa pemahaman seseorang akan nilai gizi dalam ikan akan ada sih. Good luck
ReplyDeleteAyo makan ikan, aku mah suka kalau diminta makan ikan, wong enak gitu ya mas. Asal pengolahannya ok, lanjutttt
ReplyDeleteBerapa sih tinggi badan anak yang dikategorikan stunting? Mungkin perlu juga ditambah penjelasannya bang
ReplyDeleteKalo sampe kena stunting yg bahayanya adalah dampak pada perkembangan otak yg berpengaruh ke anak-anak, cuman sayang sekali di pasar ikan kesegarannya sangat kurang, jadinya saya lebih spending ke ikan di supermarket yang lebih mahal tapi ngga ada bau obat dan ngga takut sumber ikannya ga jelas.
ReplyDeleteHah brownies ikan? Aku baru tau loh bang ternyata ada brownies yang berbahan dasar ikan.. Jadi penasaran sama rasanya loh bang..
ReplyDeleteIya banget nih. Ikan kaya protein. Sangat berguna dalam mencegah Stunting. Tapinya sayang, belom banyak yang konsumsi ikan ya. Termasuk anak-anakku. Mereka kurang suka ikan.
ReplyDeleteAyok rajin makan selagi Indonesia alamnya masih kaya. Biar ga ditenggelemin bu susi lho
ReplyDeleteSalah org tuaku dulu sih yg ga ngenalin ikan utk konsumsi sehari hari jadilah saya skrg ga suka makan ikan. Untung suami suka ikan jd anak anak bs dpt panutan
ReplyDeleteIkan memang mengandung zat2 baik untuk tubuh terutama bagi perkembangan usia anak, ga hanya kemenkes Ibu susi dari Menteri perikanan pun sangat menganjurkannya
ReplyDeleteKandungan gizi dalam ikan ternyata bisa cegah stunting yaa. Semoga saja akan banyak anak-anak yang gemar makan ikan. Tapi, tetap hati-hati karena ikan banyak tulangnya :D
ReplyDeleteSebenernya seneng makan ikan, cuma ngolah ikan utk makan harian emang lebih ribet dibanding lauk lainnya.
ReplyDeleteGue pecinta semua ikan kecuali ikan lele dul hahaha
ReplyDeleteAnak - anakku pada suka ikan, alhamdulillah.
ReplyDeleteKalau bangdoel makan ikan cegah penambahan berat badan.. asal nasinya ga nambo ciek
ReplyDeleteCakep. Juara deh. Stunting emang harus di Cegah. Ikan termasuk Makanan bergizi YG baik
ReplyDeleteGw sering ngasih anak anak mkn ikan tp sering dibikin was was dg kondisi keamanan ikannya. Bebas dari bahan pengawet atau tidak. Padahal ikan segar dan dibeli di pasar ikan tp tetap saja masih bnyk yg mengandung bahan berbahaya. Smoga hal ini jd perhatian aparat terkait ya.
ReplyDeleteEh baru tau kalau makan ikan bisa mencegah stunting. Setau saya ikan bagus memang buat kecerdasan otak anak. Sip sip ma kasih ilmunya.
ReplyDelete