Hai anak muda jangan suka galau. Karena
galau suka bikin orang jadi tambah sedih. Eh beneran? Tapi anak muda memang
kadang suka galau, karena mereka masih muda masih menentukan pilihannya,
pilihannya banyak sekali loh guys kalo lagi muda. Mulai dari jodoh, kerjaan,
apapun itu pasti dipikirin dari muda.
Anak muda memang sangat rentan
terkena sindrom stress atau kesehatan jiwanya terganggu. Kadang kita belum bisa
menghadapi hal yang tidak bisa kita lawan. Bayangkan saja hampir 30 persen anak
remaja terkena cyber bullying. Hal ini
dikarenakan hampir anak-anak milenial interaksinya dengan media social masih
jarang yang interaksi terhadap dunia nyata. Mulut netizen kadang lebih keras
daripada mulut tetangga yang kita kenal.
Berbicara tentang kesehatan jiwa,
ternyata WHO sebagai organisasi kesehatan dunia memperingati ini setiap tanggal
10 oktober. Untuk memperingatinya kementrian kesehatan sebagai kementrian yang
mengayomi dunia kesehatan di Indonesia mengajak Blogger untuk menggaungkan tema
“Young People and Mental Health" In A Changing World"(Generasi Muda
yang Bahagia, Tangguh, dan Sehat Jiwa Menghadapi Perubahan Dunia). Pembahasan
yang sesuai dengan kondisi anak muda sekarang.
Dalam memperingati hari kesehatan
jiwa se dunia kemenkes mengundang dua pembicara yang membagikan ilmunya tentang
dunia ini kepada blogger yaitu :
·
Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ, MPH (Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza)
·
dr. Eka Viora, Sp.KJ (Ketua PDSKJI Pusat)
Kesehatan menurut UU NO.36 tahun
2009 adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental dan spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Oleh karena itu, tidak akan ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Hal
ini hampir sama dengan penjelasan UU No.18 2014 tentang kesehatan jiwa.
Lalu bagaimana dengan anak remaja?
Menurut WHO Kategori usia remaja
dari 10-19 tahun adalah fase yang unik dan formatif. Namun sekarang perhatian
kesehatan jiwa remaja berfokus pada usia 15-19 tahun. Akibat perubahan emosi
dan sosial mereka, kesehatan jiwa jadi terancam. Sebuah fakta kunci menyebutkan
separuh dari kondisi kesehatan jiwa dimulai dari usia 14 tahun, tapi sebagian
besar kasus tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan pengobatan.
Wow ngeri sekali, apalagi anak remaja
sekarang selalu mendapatkan informasi yang mudah dan gampang sekali terpengaruh.
Bayangkan saja hampir 84 persen anak mengaku mengalami kekerasan dalam sekolah,
45 persen hampir dilakukan oleh guru atau petugas kebersihan namun paling
banyak dilakukan oleh temen sebayanya dan
hampir 75 persen anak sekolah pernah melakukan bullying.
Tindakan yang paling ditakutkan
pada kesehatan jiwa remaja adalah bunuh diri. Karena tidak tahan dengan kondisi
diri yang semakin mendesak atau akibat dari bullying yang berlebihan. "Setiap
40 detik orang bunuh diri di dunia", jelas Dr. dr. Fidiansjah, Sp.KJ,
MPH. Tak bisa dibayangkan berapa banyak selama 24 jam orang bunuh diri. Biasanya
orang akan melakukan hal paling fatal ini berasal dari depresi, satu dari
penyebab penyakit dan disabilitas remaja.
Bunuh diri adalah penyebab kematian pada usia 15- 19 tahun. Estimasi jumlah remaja meninggal dunia sebanyak 62.000 pada tahun 2016. 90% remaja yang bunuh diri tinggal di daerah miskin dan menengah kebawah. Biasanya remaja yang terjerumus dengan narkoba cenderung rentan dengan bunuh diri.
Emosi di usia remaja memang
sedang tinggi-tingginya. Kalau tidak bisa mengelola, bisa terjadi frustasi,
depresi atau marah. Gangguan emosi bisa mengakibatkan prestasi remaja
menurun, sering absen dan menarik diri dari teman sebayanya. Bahkan fatalnya
bisa memicu bunuh diri. Emosi perilaku masa anak menjadi penyebabnya utama no.6
beban penyakit di antara remaja. Gangguan ini bisa mempengaruhi
pendidikannya. Bisa saja tidak lulus sekolah.
Maka dari itu perhatian di usia
remaja memang harus dilakukan. Peran orang tua disini sangat berarti. Anak-anak
harus dekat dari orang tuanya. Jangan sampai saat dia butuh perhatian dia tidak
mendapatkan peran orang tuanya.
Kemenkes sendiri sudah
mengeluarkan buku panduan bagi para calon yang akan menikah untuk bisa memahami
pentingnya keluarga. Dalam berkeluarga kita harus siap untuk mengambil resiko
mulai dari sebelum menikah hingga tahap membesarkan anak. Semua memang ada
ilmunya.
Maka dari itu Kemenkes dalam
memperingati hari kesehatan jiwa yang ke 25 ini mengajak kita untuk
mempersiapkan diri dalam keluarga. Jangan sampai kita kehilangan peran orang
tua dalam melindungi anak-anak dalam cyber bullying dan pengaruh negative dalam
dirinya.
Yuk ah persiapkan diri kita ..