Baca Buku?? Saya dari kecil sudah suka sekali baca buku. Apalagi buku yang sudah ada cerita bergambarnya. Wah makin saya seru banget bacanya sampai lupa waktu. Baca buku hal yang sangat seru bagi saya apalagi buku genre sejarah dan cerita rakyat gitu.
Buku sejarah gitu kadang suka bikin bingung kalau bukunya penuh dengan tulisan saja. Kalau menurut saya sejarah itu adalah saat mengkhayal. Bagaimana kita bisa masuk dan merasakan cerita pada masa itu. Ga asik kan kalau sambil baca tidak tahu kondisi sejarah saat itu.
Berbicara tentang buku sejarah, saya kemarin diajak mengunjungi penerbit buku Balai Pustaka. Pasti sudah tau kan gengs penerbit ini? Yupz beberapa buku tulisan lama sudah pasti di terbitkan oleh penerbit yang sudah ada dari jaman Belanda ini. Tidak asing kan dengan judul “Salah Asuhan”, “Siti Nurbaya” dan Buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Semua buku itu diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Sekarang Balai Pustaka akan menerbitkan buku kembali yang berjudul ““Asal-usul Nama Kota Pantai di Sulawesi”. Buku ini sebenarnya dibuat ulang kembali yang dahulu berjudul “Toponim Sejarah Kota Pantai Sulawesi”. Buku ini dahulu kurang banget ilustrasi di dalamnya. Sekarang dengan buku baru ini lebih berwarna.
Buku ini bercerita tentang kota-kota tepi pantai di Pulau Sulawesi. Pasti temen-temen kan penasaran apa dasar penamaan kota Makassar hingga Gorontalo kan. Ternyata banyak kisah yang diangkat dari buku ini. Apalagi buku ini banyak ilustrasi yang membuat kita merasakan saat disana. Seperti contohnya Kota Makassar yang namanya berasal dari kata “mangkasarak” mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (jujur). Nama ini kemudian menjadi nilai luhur yang dipegang teguh masyarakat kotanya hingga saat ini.
Buku serial Toponim “Asal-usul Nama Kota Pantai di Sulawesi” ini, Kamu dapat mengetahui kisah asal-usul dari 17 nama kota pantai di Pulau Sulawesi. 17 kota tersebut merupakan perwakilan dari 6 provinsi yang ada di Sulawesi. Baik kota yang sudah memiliki nama besar seperti Makassar, Manado, Mamuju, dan Kendari, hingga kota lain seperti, Kema, Bitung, Bantaeng, Majene, Buton dan masih banyak lagi.
Sejarah penamaan nama-nama kota di Sulawesi ini berpengaruh terhadap peadabannya hingga saat ini. Nah, buku ini dikemas dengan Bahasa yang ringan dan mudah dipahami, agar kita semakin menghargai dan mencintai negeri sendiri. Dibuat dengan komposisi 70% tulisan dan 30% ilustrasi, buku ini mampu membuat kita memahami sejarah dengan santai.
Gimana tertarik kan dengan baca buku ini?
Buku ini memang nantinya akan menyasar ke anak-anak. Buku ini akan membuat anak-anak paham tentang sejarah kota di Sulawesi dengan gambar dan tulisan. Dengan porsi gambar yang bagus membuat anak-anak lebih tertarik untuk membaca.
Buku ini sudah bisa di pesan dengan cara preorder melalui penerbit Balai Pustaka dengan harga 65.000 rupiah.
Ini merupakan harapan dari Balai Pustaka sendiri yang ingin buku-buku kembali dibaca oleh kalangan anak-anak. Buku-buku Balai Pustaka mulai banyak dicetak kembali dengan cover dan ilustrasi yang berwarna. Oh iya selain melihat peluncuran buku ini saya diajak berkeliling ke kantornya Balai Pustaka. Ternyata disini ada wisata edukasinya.
Bahkan di kantor ini ada satu ruangan perpustakaan khusus untuk buku-buku lama. Bahkan di ruangan ini ada buku tertua dari tahun 1929 yang masih ada. Balai Pustaka mengharapkan dengan adanya wisata edukasi ini membuat buku dan sastra kembali dilirik.
Oh iya di sini juga ada kafe. Namanya Kafe Sastra yaitu kafe yang memang disediakan untuk komunitas. Di sudut-sudut ruangan kafe juga tersedia buku-buku yang bisa kita baca sambil menyeruput kopi atau makanan kecil di kafe ini.
Jadi gimana mau mampir ke Kantor Balai Pustaka sambil baca buku asik tentang asal usul nama kota di Sulawesi??
Ahh Doel, ajak aku ke Kafe Sastra kita ngopi plu snyemil dan baca bukuu. Inget Balai Pustaka inget buku2 pelajaran duluuuu, sekarang masih ada yang pake ga yaa..
ReplyDeleteHwaaa, pan kapan kalo daku ke sana, dirimu ajakin ya Doel :D
ReplyDeleteKita kan blum pernah meet up :D
Kindly visit my blog: bukanbocahbiasa(dot)com
Wahhhh boleh niy sebagai salah satu destinasi apalagi ada tempat nyemil #eehhh
ReplyDeleteKafe Sastra itu isinya tentang sastra semua gitu ya? Duh penasaran aku tuh... pengen cobain
ReplyDeleteToponim itu apa ya. sama Homonim, Anonim, Sinonim bdanya apa ?
ReplyDeleteJadi pengen baca bukunya nih. Dan kasih ke anak-anak juga, biar mereka juga makin senang membaca buku.
ReplyDeleteSelama ini tahu nama balai pustaka dari buku-buku yang aku baca aja.. belum pernah masuk kedalam balai pustaka.. beruntungya bisa main main disana hehe.. soal usulan nama aku usul "wakande" terinspirasi dari "wakanda" yang ngehitzzz itu hihi
ReplyDeleteBaiklah, kapan-kapan melipir ke kafe sastra sambil lihat buku-buku yang menarik di sana :)
ReplyDeleteKalo baca buku ada gambarnya gitu emang lebih enak ya, terutama buat remaja and anak2. Tp kalo aku skrg sih yg penting tulisannya enak dibaca aja, gak bikin sakit mata :)
ReplyDeleteMba yang pegang buku siapa itu ky. Eh kok bahas foto hahahaha
ReplyDeleteSemenjak ada dunia online jadi jarang baca buku. Kebetulan Haidar sudah bisa membaca, mau baca buku bareng Haidar ah biar makin seru.
ReplyDeleteMakasih informasinya ya Bang Doel, bermanfaat nih untuk nambah wawasan anak-anak.
ReplyDeleteMau bangeeeeettttt! Penasaran juga dengan kafe sastranya.
ReplyDeleteKlo baca buku dilengkapi dengan gambar lebih enak
ReplyDelete