Sudah puas menyusuri
curug dan menanam pohon kegiatan kami tidak sampai disitu saja. Setelah istirahat
selesai dan sedikit meminum kopi, perjalanan kami akhirnya kembali berlanjut. Cuaca
dingin dan hujan tidak membuat semangat bang Doel dan kawan-kawan blogger
terhenti. Siang itu kami akan mengunjungi Green
House yang dikelola Bapak Udin Ketua Kelompok Tani kampung Tabrik.
Perjalanan yang berbeda
seperti saat menanam pohon dan mengunjungi curug, jalur yang di lewati hanya
menurun saja dan landai tidak terjal. Bang Doel yang bajunya sudah basah karena
hujan masih bersemangat dan kuat berjalan. Jarak Green House ini tidaklah terlalu jauh hanya berjarak kurang lebih 2
Km dan bisa ditempuh selama 10 menit (ini beneran ya).
Menyusuri jalan setapak
dan melewati ladang-ladang para petani membuat kami bersemangat sekali. Bahkan beberapa
dari kami seperti anak kota yang baru masuk kampung berlarian di antara ladang.
Perjalanan menembus ladang-ladang cabe dari petani binaan #AquaLestari dan
#AquaCianjur membuat kami menambah senang.
Tidak beberapa lama
kami sampai di tempat. Beberapa dari kami mulai sibuk mencari spot foto untuk
mendapatkan foto yang bagus. Tiba-tiba pak Udin memanggil kami “hayo yang mau
tau cara memanen paprika saha?” panggil beliau dengan bahasa sunda yang khas. Kami
yang tadi masih sibuk berfoto ria akhirnya mendekat ke pak Udin. Satu persatu
dari kami diajarkan bagaimana cara memanen paprika yang ada.
Paprika-paprika yang
kami panen ini kebanyakan yang warna merah karena yang warna hijau sudah di
panen sebelumnya. Memanen paprika ternyata ada tekhniknya yaitu dengan cara
memegang ujung dari pangkal buah lalu memoteknya secara peralahan. Pemotongan ini
dilakukan agar pohon-pohon tidak rusak dan buah juga masih sesuai dengan
kondisinya. Cara memilih buah yang sudah siap panen yaitu buah yang berwarna
merah dan tidak ada kerutan.
Beberapa teman-teman
dari SMK pun sangat senang juga saat panen ini bahkan ada yang nyeletuk “Duh
lupa euy bawa karung bisa banyak neh bawa paprikanya”. Tiba-tiba kepikiran juga
mau ambil banyak tapi apa daya tidak bawa tempat yang besar alhasil cuma bawa
beberapa paprika saja.
Paprika-paprika dari
hasil panen ini biasanya di jual langsung ke daerah-daerah sekitar dan bahkan
masuk ke ritel-ritel besar di Jakarta. Paprika ini biasa dibikin perpaket
berisi 2 buah dengan berat sekitar 500gram dan harga jualnya sekitar Rp. 35.000 saat sudah masuk
pasar. Pada awalnya petani-petani disini hanya menanam tumbuhan seperti cabai,
kubis dan tomat. Tanaman-tanaman ini juga termasuk yang laku di pasaran namun
dengan adanya penanaman paprika ini menjadi tambah pendapatan karena paprika merupakan
komoditi yang banyak dicari dan mahal harganya.
Seluruh perawatan dari
tanaman ini murni organik. #AquaLestari memberikan pendampingan kepada para
petani untuk mendapatkah hasil yang baik dari pertanian ini. Penggunaan pupuk dan
pestisida juga dibuat alami dari bahan-bahan yang ada di sekitar. Konsep Green House di pertanian ini juga ada
beberapa modifikasi seperti bambu-bambu dari penyangga ini bisa menampung air
dan membuat embung di dekat Green House.
Konsep pertanian ini membuat penduduk mendapatkan hasil yang
berlebih. "Dahulu penduduk mengandalkan nasib melalui tani, jika sedang bagus
maka hasil panen juga bagus, tapi jika
nasib tidak baik yaa hasil panen pun seadanya. Namun setelah beralih konsep
pertanian dari konvensional yang selalu mengandalkan bahan-bahan kimia ke konsep pertanian ecofarming, kami para
petani tidak lagi mengandalkan nasib melainkan hasil panen kami yang bagus
malah keteteran dengan permintaan pasar" ujar pak Udin.
Tak terasa hari sudah sore, kami kembali ke saung awal sambil
menikmati bala-bala hangat dan bersiap menuju hotel. Satu hari yang melelahkan, sudah menanam pohon,menyusuri curug dan terakhir kita panen paprika. Masih ada hari esok, hari terakhir
kita akan visit ke pabrik Aqua. Bagaiamana keseruanya? Nantikan di cerita bang
doel yak.
baca ulasan ini, aku jadi mikir, paprika enaknya dimasak apa ya, haha.. smg eco farming kayak gini makin manjemur ya dan bs membantu memberdayakan ek warga^^
ReplyDeletePaprikanya edun, renyah dan ada manis-manisnya gitu ��
ReplyDeleteDengan konsep perkebunan organik seperti ini, konsumen tidak perlu khawatir dengan bahaya pestisida, ya. Selain itu juga bisa memastikan kegiatan perkebunannya langgeng karena lahan tidak rusak dengan residu bahan kimia. Bagus sekali, mereka memikirkan kelangsungan hidup semua orang. Tentu saja lumayan banget kalau paprikanya bisa dibawa pulang, yang mana jadi bahan baku nikmat untuk sayur-mayur, hihi...
ReplyDeletePaprika yang dibudidayakan dengan cara organik memang sangat digandrungi pasar, khususnya ketika hendak hajat pesta pernikahan, Paprika adalah yang sangat dicari, apalagi cara mendapatkannya melalui panen Paprika yang dilakukan sendiri....asik deh
ReplyDelete