Guru Ngaji... apa yang
akan pikirkan dibenak kalian dengan profesi ini? Sudah tua? Pake peci,
bersarung dan sudah batuk-batuk. Eits itu mah gambaran kong haji kalau kata
orang betawi bilang. Nah ngomong-ngomong
tentang guru ngaji gue semalem abis nonton filmnya dan sekarang gue mau ngulas
sedikit alur ceritanya yak.. semoga ga spoiler tapi menggugah orang untuk
menontonya.
source www.sinopsisfilm.com |
Film yang berlatar
belakang tentang guru ngaji yang hidup di sebuah desa bernama Tempuran. Guru ngaji
ini diperankan oleh Doni Damara yang bernama ustad Mukri. Ustad Mukri mempunyai
keluarga kecil dengan seorang istri bernama Sopiah dan anak bernama Ismail. Hampir
setiap hari ustad Mukri pergi bekerja dengan sepeda dan izin ke istrinya dan
anaknya untuk mengajar ngaji di Kecamatan. Namun ternyata ustad Mukri tidak
mengajar ngaji melainkan dia bekerja jadi badut di pasar malam.
Ustad Mukri nyambi
kerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya biar keluarga kecil beliau bisa
hidup. Sebuah perjuangan yang tinggi bagi guru ngaji di pelosok yang setiap
harinya beliau saat mengajar guru ngaji hanya di bayar dengan sembako. Setiap malam
beliau sehabis jadi badut harus ngajar ngaji di rumah salah satu teman anaknya.
Film ini tidak melulu
serius ada cerita tentang Parmin (ence Bagus) yang ingin punya motor dan
menggaet seorang penjaga tiket Rahma (Andania Suri). Namun hal ini ada saingan
dengan Yanto (Dodit Mulyanto) yang notabene lebih tinggi kelasnya daripada
Parmin namun sama-sama pegawai di pasar malam. Cerita tentang persaingan ini
sampai pada puncaknya saat Rahma mau diantar pulang dengan Parmin menggunakan
sepeda onthelnya.
Cerita di film ini bagi
gue sangat menarik dan mengingatkan dengan guru-guru ngaji di daerah-daerah
yang memang notabene mereka ikhlas dalam memberikan dedikasinya menjadi guru
ngaji. Bahkan beberapa diantaranya harus seperti ustad Mukri yang nyambi dengan
pekerjaan yang lebih baik namun harus mendedikasikan dirinya menjadi guru
ngaji. Padahal, waktu anak kita pintar ngaji, kita senang luar biasa. Pas anak membacakan hafalan Al-Qur'annya, ada tangis haru dari mata kita. Lalu orang-orang memberi selamat pada kita dan rasa bangga terselip di dada, tanpa terbayang di balik sana ada jasa seorang guru yang mengajar dengan seikhlasnya.
Perjalanan ustad Mukri menjadi badut di film ini juga akhirnya berujung sebuah kegiatan
yang harus di ketahui oleh anak dan istrinya. Cerita ini bermula pak Kades
(Tarzan) yang meminta ustad menjadi pemimpin doa di acara ultah anaknya dan
pada saat itu pula koh Alung juga meminta ustad Mukri menjadi badut di acara
ultah anak pak kades.
Pada mulanya semua
berjalan lancar namun pada akhirnya harus ketahuan juga karena pada saat itu
anaknya yang berantem dengan teman-temanya terjatuh ke dalam sumur. Ustad Mukri
harus turun dan mengangkat anaknya dari sumur dengan pakaian badutnya. Setelah berhasil
menyelamatkan anaknya ustad Mukri make up badutnya luntur dan ketahuan bahwa
dia di balik badut itu.
Akhirnya ustad Mukri
dilarang untuk menjadi guru ngaji di desanya karena semua warga desa malu
mempunyai guru ngaji yang menjadi badut. Dari sini kita dapat mengambil hikmah
tentang cerita dari film ini. Ustad Mukri sampai bilang “saya bukan teroris
yang harus di curigai karena pekerjaan lain saya menjadi badut”. Pihak desa
tidak mau tau dan akhirnya ustad Mukri tidak mengajar lagi dan beliau tetap
menjadi badut dan di tambah ngamen di pinggir jalan memakai kostum badutnya.
Cerita ini mencapai
puncak saat ustad Mukri di minta menjadi badut pada acara natal di sebuah desa
tempat binaan koh alung. Pada acara ini ustad Mukri di minta menghibur menjadi
santa clause. Namun ada peperangan batin dalam diri dia apalagi Parmin partner
badutnya terus merongrong untuk mengambil job ini. Akhirnya ustad Mukri
mengambil job di acara natal ini namun tidak menjadi santa clause yang di
katakan panitia hanya mitos namun di ganti dengan menjadi cerita punakawan yang
juga mitos namun tidak mencampur adukkan antar agama.
Akhirnya ustad Mukri
kembali menjadi guru ngaji juga di desa sebelah dengan bantuan Rahma. Ustad Mukri
juga kembali di terima menjadi guru ngaji kembali di desanya setelah ada
intervensi dari Ustad Taufik imam masjid di rumahnya. Dan setelah itu ustad
mukri juga mengapai salah satu mimpinya dengan mengunjungi masjid istiqlal.
Ustad Mukri dapat mengunjungi mesjid ini dikarenakan anaknya diikutkan lomba
oleh pihak sekolah dan lolos sampai tingkat nasional.
Banyak hikmah yang
dapat di ambil dari film ini. Dan gue sendiri merasakan bagaimana susahnya
menjadi guru ngaji di kampung-kampung. Cerita ini juga mengambarkan bahwa guru
ngaji selalu ikhlas mengajarkan ilmu agama padahal ilmu ini dipakai sampai
akhir hayat bagi setiap umat muslim namun dilupakan bagi setiap orang. Bahkan tidak jarang mereka harus menjual buku, obat herbal atau apapun itu yang penting halal. Terkadang kitapun tidak peduli dengan kegiatan mereka, bahkan saat mereka mengkomersilkan saat mengajar banyak orang yang bilang agama kok di komersilkan namun dari kita sendiri saat memberikan hanya sekedar kata seikhlasnya untuk transport mereka
Jadi ingat sebuah
hadist yaitu Tidak termasuk golongan
kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan
pandangannya).” (Riwayat Ahmad)
So guys nonton deh film
ini, semoga bisa menginspirasi untuk semua orang...
wah keren juga nich filmnya mas, bagus alur ceritanya
ReplyDeletePenasaran deh ingin lihat filmnya
ReplyDelete