Guru Ngaji, Sebuah Apresiasi untuk Pejuang Mulia - Cerita Bang Doel
News Update
Loading...

March 29, 2018

Guru Ngaji, Sebuah Apresiasi untuk Pejuang Mulia



Guru Ngaji... apa yang akan pikirkan dibenak kalian dengan profesi ini? Sudah tua? Pake peci, bersarung dan sudah batuk-batuk. Eits itu mah gambaran kong haji kalau kata orang betawi bilang.  Nah ngomong-ngomong tentang guru ngaji gue semalem abis nonton filmnya dan sekarang gue mau ngulas sedikit alur ceritanya yak.. semoga ga spoiler tapi menggugah orang untuk menontonya.
source www.sinopsisfilm.com

Film yang berlatar belakang tentang guru ngaji yang hidup di sebuah desa bernama Tempuran. Guru ngaji ini diperankan oleh Doni Damara yang bernama ustad Mukri. Ustad Mukri mempunyai keluarga kecil dengan seorang istri bernama Sopiah dan anak bernama Ismail. Hampir setiap hari ustad Mukri pergi bekerja dengan sepeda dan izin ke istrinya dan anaknya untuk mengajar ngaji di Kecamatan. Namun ternyata ustad Mukri tidak mengajar ngaji melainkan dia bekerja jadi badut di pasar malam.

Ustad Mukri nyambi kerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya biar keluarga kecil beliau bisa hidup. Sebuah perjuangan yang tinggi bagi guru ngaji di pelosok yang setiap harinya beliau saat mengajar guru ngaji hanya di bayar dengan sembako. Setiap malam beliau sehabis jadi badut harus ngajar ngaji di rumah salah satu teman anaknya.

Film ini tidak melulu serius ada cerita tentang Parmin (ence Bagus) yang ingin punya motor dan menggaet seorang penjaga tiket Rahma (Andania Suri). Namun hal ini ada saingan dengan Yanto (Dodit Mulyanto) yang notabene lebih tinggi kelasnya daripada Parmin namun sama-sama pegawai di pasar malam. Cerita tentang persaingan ini sampai pada puncaknya saat Rahma mau diantar pulang dengan Parmin menggunakan sepeda onthelnya.

Cerita di film ini bagi gue sangat menarik dan mengingatkan dengan guru-guru ngaji di daerah-daerah yang memang notabene mereka ikhlas dalam memberikan dedikasinya menjadi guru ngaji. Bahkan beberapa diantaranya harus seperti ustad Mukri yang nyambi dengan pekerjaan yang lebih baik namun harus mendedikasikan dirinya menjadi guru ngaji. Padahal, waktu anak kita pintar ngaji, kita senang luar biasa. Pas anak membacakan hafalan Al-Qur'annya, ada tangis haru dari mata kita. Lalu orang-orang memberi selamat pada kita dan rasa bangga terselip di dada, tanpa terbayang di balik sana ada jasa seorang guru yang mengajar dengan seikhlasnya. 

Perjalanan ustad Mukri menjadi badut di film ini juga akhirnya berujung sebuah kegiatan yang harus di ketahui oleh anak dan istrinya. Cerita ini bermula pak Kades (Tarzan) yang meminta ustad menjadi pemimpin doa di acara ultah anaknya dan pada saat itu pula koh Alung juga meminta ustad Mukri menjadi badut di acara ultah anak pak kades.

Pada mulanya semua berjalan lancar namun pada akhirnya harus ketahuan juga karena pada saat itu anaknya yang berantem dengan teman-temanya terjatuh ke dalam sumur. Ustad Mukri harus turun dan mengangkat anaknya dari sumur dengan pakaian badutnya. Setelah berhasil menyelamatkan anaknya ustad Mukri make up badutnya luntur dan ketahuan bahwa dia di balik badut itu.

Akhirnya ustad Mukri dilarang untuk menjadi guru ngaji di desanya karena semua warga desa malu mempunyai guru ngaji yang menjadi badut. Dari sini kita dapat mengambil hikmah tentang cerita dari film ini. Ustad Mukri sampai bilang “saya bukan teroris yang harus di curigai karena pekerjaan lain saya menjadi badut”. Pihak desa tidak mau tau dan akhirnya ustad Mukri tidak mengajar lagi dan beliau tetap menjadi badut dan di tambah ngamen di pinggir jalan memakai kostum badutnya.

Cerita ini mencapai puncak saat ustad Mukri di minta menjadi badut pada acara natal di sebuah desa tempat binaan koh alung. Pada acara ini ustad Mukri di minta menghibur menjadi santa clause. Namun ada peperangan batin dalam diri dia apalagi Parmin partner badutnya terus merongrong untuk mengambil job ini. Akhirnya ustad Mukri mengambil job di acara natal ini namun tidak menjadi santa clause yang di katakan panitia hanya mitos namun di ganti dengan menjadi cerita punakawan yang juga mitos namun tidak mencampur adukkan antar agama.

Akhirnya ustad Mukri kembali menjadi guru ngaji juga di desa sebelah dengan bantuan Rahma. Ustad Mukri juga kembali di terima menjadi guru ngaji kembali di desanya setelah ada intervensi dari Ustad Taufik imam masjid di rumahnya. Dan setelah itu ustad mukri juga mengapai salah satu mimpinya dengan mengunjungi masjid istiqlal. Ustad Mukri dapat mengunjungi mesjid ini dikarenakan anaknya diikutkan lomba oleh pihak sekolah dan lolos sampai tingkat nasional.

Banyak hikmah yang dapat di ambil dari film ini. Dan gue sendiri merasakan bagaimana susahnya menjadi guru ngaji di kampung-kampung. Cerita ini juga mengambarkan bahwa guru ngaji selalu ikhlas mengajarkan ilmu agama padahal ilmu ini dipakai sampai akhir hayat bagi setiap umat muslim namun dilupakan bagi setiap orang. Bahkan tidak jarang mereka harus menjual buku, obat herbal atau apapun itu yang penting halal. Terkadang kitapun tidak peduli dengan kegiatan mereka, bahkan saat mereka mengkomersilkan saat mengajar banyak orang yang bilang agama kok di komersilkan namun dari kita sendiri saat memberikan hanya sekedar kata seikhlasnya untuk transport mereka

Jadi ingat sebuah hadist yaitu Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)

So guys nonton deh film ini, semoga bisa menginspirasi untuk semua orang...


Share with your friends

2 comments

Terimakasih sudah coment.. kalau bagus silahkan share tulisan ini... terimakaasihhh

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done