Sebenarnya tulisan trip 7 kota
ini tidak mau di tulis. Karena banyak kenangan pahit tentang trip ini. Masih penasaran
ya sama tulisan hari kedua? Jadi ga ya gue sama sinta ngejar-ngejar sunrise di
Gereja Ayam?
![]() |
Candi Ratu Boko |
Oke lanjut ya.. cerita pertama
ada
Backpacker 7 Hari 7 Kota : Galau Menuju Jogja
Hari kedua di Jogja, harusnya gue
sama sinta mengejar sunrise namun apa daya, badan sudah sangat ringkih dan
kecapean. Perjalanan kereta hampir 10 jam di tambah langsung jalan-jalan ke
Kota Gede. Akhirnya gue kecapekan dan bangun agak kesiangan.
Oh iya gue sama Sinta udah
temenan dari SMP, dia juara kelas dan gue geng anak belakang. Untuk nginep di
rumahnya karena dia tinggal sama ortunya dan di bolehin lah karena udah kenal
dari SMP. Hari kedua akhirnya mengatur tempat lagi. Mikir-mikir mau kemana lagi
akhirnya pilihannya telusur candi. Ke Gereja Ayam yang deket dengan Borobudur
tidak jadi akhirnya kami memutuskan untuk menuju Candi Ratu Boko.
Jam 8 akhirnya kami berangkat
naek motor menuju candi Ratu Boko. Menyusuri jalanan Jogja yang agak padat di
pagi hari lumayan melelahkan. Kami sampai di parkiran candi jam 09.00 mau masuk
kaget dengan harga tiket yang harganya 40.000 dan karena udah terlanjur sampai
akhirnya kami pun masuk.
Candi Ratu Boko
Ternyata ada dua pintu masuk
untuk ke candi ini, pintu pertama yang dekat dengan jalan Raya utama, lalu yang
kedua agak jauh sekitar 5 KM lalu naik lagi ke atas. Untuk pintu yang kedua ini
lumayan deket untuk akses masuknya. Akhirnya kami memilih masuk melalui pintu
2. Agak sulit memang namun karena banyak tanda marka jalan akhirnya kita sampai
ke candi ini.
Situs Ratu Boko sebenarnya bukan
sebuah candi, melainkan reruntuhan sebuah kerajaan. Oleh karena itu, Candi Ratu
Boko sering disebut juga Kraton Ratu Boko. Disebut Kraton Boko, karena menurut
legenda situs tersebut merupakan istana Ratu Boko, ayah Lara Jonggrang.
Diperkirakan situs Ratu Boko dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra
yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu.
Peralihan ‘pemilik’ tersebut menyebabkan bangunan Kraton Boko dipengaruhi oleh
Hinduisme dan Buddhisme
Ada beberapa tempat yang harus
kamu kunjungi kalau kesini. Yaitu
Gerbang
Paseban
Paseban merupakan kata dalam
bahasa Jawa yang berarti tempat untuk menghadap raja (seba = menghadap).
Sekitar 20 m dari paseban, arah selatan dari gapura, terdapat dinding batu setinggi setinggi 3 m yang memagari sebuah lahan dengan ukuran panjang 40 m dan lebar 30 m.
Keputren
Keputren yang artinya tempat tinggal para putri letaknya di timur pendapa. Lingkungan keputren terbagi dua oleh tembok batu yang memiliki sebuah pintu penghubung. Dalam lingkungan pertama terdapat 3 buah kolam berbentuk persegi. Dalam lingkungan yang bersebelahan dengan tempat ketiga kolam persegi di atas berada, terdapat 8 kolam berbentuk bundar yang berjajar dalam 3 baris.
Keputren yang artinya tempat tinggal para putri letaknya di timur pendapa. Lingkungan keputren terbagi dua oleh tembok batu yang memiliki sebuah pintu penghubung. Dalam lingkungan pertama terdapat 3 buah kolam berbentuk persegi. Dalam lingkungan yang bersebelahan dengan tempat ketiga kolam persegi di atas berada, terdapat 8 kolam berbentuk bundar yang berjajar dalam 3 baris.
Gua
Ada dua Gua disini, yaitu Gua
Lanang dan Gua Wadon. Untuk Gua Lanang agak lebih luas dari Gua wadon.
Setelah puas keliling candi ini,
kami akhirnya memutuskan menelusuri beberapa tempat lagi yaitu ada
beberapa tempat wisata di sekitar sini.
Candi Banyunibo
Candi ini bayar masuknya sekitar
5000 rupiah. Oh iya candi ini terletak di tengah-tengah sawa. Jaraknya tidak
terlalu jauh dari candi Ratu Boko juga. Candi
Banyunibo (Jawa : “Air Menetes Jatuh”) adalah candi Buddha abad ke – 9 yang
terletak di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta, Indonesia. Candi ini diperkirakan berasal dari era Kerajaan Mataram
Kuno, berdiri di sebuah lembah sempit yang dikelilingi oleh sawah
![]() |
Candi Banyunibo |
Tebing Breksi
Taman wisata Tebing Breksi Jogja
adalah tempat wisata alam di Jogja. Sesuai dengan namanya, tempat wisata ini
merupakan perbukitan batuan breksi. Tebing batuan breksi yang memiliki corak yang
indah menjadi daya tarik tersendiri dari tempat wisata ini.
![]() |
Tebing Breksi |
![]() |
Sinta Lagi bergata |
Tebing ini dulunya merupakan
bekas tambang dan sekarang dijadikan tempat wisata kekinian. Banyak tempat foto
disini, dan usahakan naik ya ke atas tebingnya. Waktu itu masuk kesini karena
udah kelaperan banget dan akhirnya kita makan bakso bakar dulu.
Candi Ijo
Candi ini tempatnya agak lumayan
jauh dari candi Ratu Boko. Waktu tempuh sekitar 30 menit dari candi Ratu Boko. Kami
berdua menyisiri jalan-jalan yang menanjak terus sampai ke atas.
![]() |
View Candi Ijo |
Ok lanjut cerita di Candi Ijo. Candi
Ijo dinamakan karena candi yang dibangun pada abad ke-9 terletak di sebuah bukit yang dikenal Bukit
Hijau atau Gumuk Ijo. Penyebutan nama desa Ijo ada di dalam Prasasti Poh yang berasal dari
tahun 906 Masehi. Dalam prasati tersebut ditulis tentang seorang hadirin
upacara yang berasal dari desa Wuang Hijau. Jika dihitung umur maka nama Ijo
setidaknya telah berumur 1100 tahun hingga tahun 2006 yang lalu.
![]() |
Candi di Ketinggian Jogjakarta |
Kompleks Candi Ijo merupakan
kompleks percandian yang berteras-teras yang semakin meninggi ke belakang yakni
sisi timur dengan bagian belakang sebagai pusat percandian. Untuk masuk kesini
dikenakan tiket seharga 10.000 rupiah dan parkir seharga 4000 rupiah. Oh iya
katanya view disini bagus untuk sunset. Denger-denger juga candi ini adalah
candi yang terletak di ketinggian di Jogjakarta karena ada di bukit.
Waktu tak terasa sudah siang dan
perut mulai keroncongan. Akhirnya kami turun langsung kembali menuju kota
Jogja. Awalnya mau mengejar ke Taman Sari namun waktu ga cukup karena sudah
tutup. Sampai di Kota kami makan di Gulai Kepala Kakap enak dan murah.
![]() |
Gulai kepala Kakap Jl. HM Sangadji |
Waktu sudah beranjak sore
akhirnya kami memilih kembali ke rumah Sinta. Karena malam itu mau pindah
kerumah Mba Dian. Salah satu Blogger yang akan bareng berangkat pagi-pagi besok
ke Solo. Sehabis Isya akhirnya gue menuju rumah Mba Dian dengan menggunakan
Gojek.
Sampai di rumah Mba Dian gue ga
langsung istirahat, disini sudah diberikan kamar bareng supirnya. Malem itu
salah satu makanan yang ga bakal gue tinggalin kalo ke Jogja yaitu ankringan. Malam
itu
akhirnya kontak temen anak UGM untuk sekedar ngopi Joss di angkringan kota
Jogja. Selain ke angkringan gue coba icip-icip mie godog jawa Pak Pele di dekat kraton Jogjakarta (kuliner murah nanti akan gue buat satu sesi ya)
Namun malang pulang dari
angkringan motor bocor namun untung orang Jogja baik. Saya dibantu di carikan
dan akhirnya menemukan tambal ban juga tengah malam itu. Hari sudah lelah dan
badan capek abis motoran dan mendorong motor. Pagi-pagi harus mengejar kereta
menuju Solo.
Bagaiamana cerita gue di Solo dan
Salatiga? Yuk tunggu kelanjutan dari cerita gue yaa.
Keren judulnya bak kata pepatah ya hehee... suka juga ma isi postingannya yg mengalir dan menggambarkan kisah perjalanan di tujuh kota. Jadi penasaran ma bbrp candi yg dikunjungi
ReplyDeleteCandi Banyunibo belum tuh aku. Duh tempat tempat asyik di Indonesia itu banyak banget seperti halnya candi-candi ini belum semua juga aku datangin. Oke bang semoga next trip 2 tempat ada 3 bidadari kau temui. Di pilih di pilih hahaha
ReplyDeleteHiks daku belum pernah ke sini Bang Doel, pengen ajak bocahku..ditunggu lanjutan ceritanya..
ReplyDeletekemarin anakku juga liburan ke jogja bareng omanya, tapi hanya sempat ngunjungi prambanan sama borobudur aja ��
ReplyDeleteAsyiiik bangat Bang Doel jalan-jalan dari candi ke candi lalu langsung manjain perut dengan kuliner yang ajiib.
ReplyDeleteSaya ntar klo ke Jogja harus ke situ juga akh. Bookmark dulu nih tempat-tempatnya.
Pak pele yg deket kraton kra.. itu enak 😀
ReplyDeleteSetiap perjalanan alias traveling selalu ada cerita uniknya ya, entah itu manis atau pahit, dan saya belum datang ke semua situs candi itu, duh kayaknya seru ya bisa mengunjungi candi sambil mengenalkan kpeada anak-anak
ReplyDeleteasyik nih jalan-jalan keliling jogja naik motor. udah lama nggak ngrasain
ReplyDeleteJalan-jalan rasanya tidak lengkap jika tidak wisata kuliner apalagi wisata kulinernya ikan kakap yang menggoda melihat saja perut rasanya lapar apalagi menikmati pasti sedap sekali
ReplyDeleteWah traveling itu seru walau kadang ada saja hal yang pahit, tapi kan lebih banyak senangnya ya Mas, makanya pengen terus diulang hehe..
ReplyDeletememang diantara kesenangan itu pasti ada sisi enggak enaknya, tapi disitulah letak keseruannya hehehe
ReplyDeleteMelihat foto makanannya seketika aku lapar, nyesel bacanya malam2 gini hahaha
ReplyDeleteBtw Tebing Breksi itu salah satu yang sedang hits di Yogya yaaa... kangen eui sama Yogya, moga ada kesemoatan ke sana lagi...
Aku pernah ke Ratu Boko ta
ya keburu sore dan mau tutup jadi nggak bisa eksplor banyak.. harus balik lagi.. Hiks
ReplyDeletenext time ke jogja boleh contek itenarary-nya yah bang.. ;)
ReplyDeleteGue pernah ke Tebing Breksi, tapi ramai sekali. Jadi kurang kondusif buat berfoto tanpa kebocoran.
ReplyDeletePengalaman gk enak justru harus ditulis kalau menurut saya, karena disitulah letak keseruannya
ReplyDelete