Sebenarnya ini mau dimasukkan di
part sebelumnya. Namun karena saya selalu konsisten dengan tulisan minimal 800
kata di satu tulisan jadilah tulisan Kuliner Salatiga ini saya buat khusus
sendiri. Oke selamat makan eh selamat membaca.
Part 1Part 2Part 3
Tiket kereta ke Surabaya masih
akan berangkat esok hari, gue memilih untuk berangkat sore menuju Semarang. Siang
itu akhirnya gue memilih memasuki kota Salatiga. Diantar mobil hotel gue
memilih menikmati kuliner kota ini. Awalnya mau ketemuan dengan teman lama di
Jakarta namun dia ternyata ada urusan lain.
Sate Sapi Suruh
Mencicipi kuliner ini gara-gara
Mas Adiq yang mengompori untuk mencoba. Yasudah akhirnya gue menambah destinasi
dan mumpung di Salatiga. Dengan diantar mobil Hotel gue menuju tempat ini. Tempat
makan tidak jauh dari pusat kota. Sate Sapi Suruh ini terletak di Jalan
Jenderal Sudirman, tempatnya juga mudah dicari karena terletak di jalan
besarnya, tepatnya di ruko Mimusa no F1-F3.
Sampai disana saya akhirnya
memesan satu porsi sate. Rumah makan ini ternyata sudah berdiri dari tahun
80an. Setiap harinya menjual sekitar 1000tusuk sate. Sebenarnya sate ini adalah
sate sapi, namun juga ada pilihan lain.
Nama Sate Suruh Sebenarnya diambil dari nama sebuah desa di
daerah Salatiga. Namun katanya sekarang ini sudah masuk kabupaten Semarang. Pemilik
kedai ini yaitu ibu Ngamiyati. Kedai ini buka dari jam 09.30 pagi sampai 21.00
Pesanan sate pun datang dan saya sudah sangat lapar. Saat makan
disini kedai lumayan sepi karena sudah sekitar jam 3 sore namun pengunjung
tetap datang silih berganti. Saya mesan sate yang full daging. Tak lama sate
ini pun sudah habis di makan maklum sudah sangat kelaparan. Harga sate ini
18.000 untuk satu porsi yang berisi 10 tusuk.
Sate Sapi Suruh memiliki rasa
yang cenderung manis dan pengolahannya pun agak berbeda dengan sate pada
umumnya. Daging untuk sate sudah dibumbui terlebih dahulu sebelum dibakar,
sehingga rasanya bisa benar-benar meresap dan tidak berbau amis. Bumbu-bumbu
rahasia yang digunakan antara lain adalah kayu manis, kunyit dan kencur.
Puas mencicipi Sate Suruh di kota ini akhirnya saya memilih
untuk mencicipi kuliner dari kota ini yaitu Wedang Ronde. Oh iya warung ini
tidak jauh dari tempat sate suruh, hanya berjalan sekitar 300 meter ke arah
kiri nanti akan ada papan nama bertuliskan Wedang Ronde Jago.
Wedang Ronde Jago
Setalah menemukan papan nama tidak selalu harus menemukan
langsung tokonya. Ternyata kedai ini masih masuk ke dalam lorong sempit pasar. Dari
papan nama itu berjalan sekitar 100 m kita sudah menemukan kedai ini.
Sampai di tempat langsung aja memesan makanan ini. Ini
(Wedang Ronde Jago) buka dari tahun 1964,menurut Johny Indrato yang juga
pemilik dan keturunan ketiga wedang ronde Jago Di kedai ronde Jago mempunyai menu
andalan dan menjadi favorit pengunjung sampai saat ini yakni wedang ronde sekoteng.
Ronde Sekoteng sendiri konon memiliki kasiat yang baik untuk
kesehatan lambung dan daya tahan tubuh karena kuahnya terbuat dari air jahe. Selain
itu sajian hangat dari ronde sekoteng juga sangat pas dinikmati terutama
menjelang malam di Salatiga. Namun jika tak suka dengan sajian hangat,
disediakan pula es wedang ronde.
Oh iya wedang ronde ini berisi
berbagai macam ramuan. Kalau tidak salah ada 9 ramuan yang ada di dalam menu
ini. Bahan-bahan wedang ronde yaitu kolang-kaling, kacang, ronde, irisan
jeruk kering, irisan manisan tangkeh kering, agar-agar dan sagu mutiara ke dalam
cangkir kecil. Bahan-bahan itu kemudian dimasukkan kedalam mangkuk kecil dan
kemudian dituangi air jahe panas dan ditaburi rumput laut. Cara meracik wedang
ronde dan isi didalamnya merupakan salah satu kekhasan wedang ronde jago yang
belum pernah saya jumpai sebelumnya. Beraneka ragam isi minuman ini yang
mengakibatkan ronde jago memiliki rasa yang kaya dan citarasa yang special.
Wedang ronde sekoteng ini
dibanderol seharga 13.000 rupiah. Oh iya selain wedang ronde juga ada kue-kue
kecil untuk menemani ngewedang. Fyi juga ternyata Wedang Ronde Jago ini
mempunyai cabang di Semarang loh guyss. So kalo mau nyobain cobain aja deh. Apalagi
anget-anget beuhh dengan kota Salatiga yang lumayan dingin.
Setelah mencoba kuliner di kota
ini, akhirnya gue memutuskan untuk mengejar bus menuju Semarang. Beruntung disana
sudah ada ojek online jadi gue lebih mudah untuk mengakses ke sana. Oh iya gue
naek dari pasar sapi lagi menuju kota Semarang.Tiket Semarang-Salatiga seharga
20ribu dengan menggunakan bus yang lumayan besar.
Sampai di Semarang sudah hampir
magrib. Awalnya saya mau bertemu dengan Adit teman SMP yang menetap di kota ini
dan juga sekalian menumpang menginap. Eh ternyata dia belom pulang dan baru
bisa ketemu jam 9 malam. Hmm jadi saya mau kemana lagi sambil menunggu Adit?
Nantikan ya di part berikutnya.
Wedang ronde kuliner legendaris tuh bang,kapan y saya terakhir cicip wedang ronde. Fokus sama foto yang banyak kalender nya, konsepnya kereeen
ReplyDeleteBeda ya sama wedang ronde jogja?
ReplyDeleteSate Suruhnya sedap tampaknya. kirain ada cerita apa dibalik namanya, ternyata nama desa hahaha
ReplyDeleteSate sapi jadi agak nuansa steak plus bumbu kacang gitu ya bang?
ReplyDeleteSate nya menggoda sekali tuh kak..
ReplyDeleteKalo sate masih enakan ayam tau O.o
ReplyDeleteSaya termasuk penyuka sate. Di dekat rumah saya ada kios Sate Tegal yang lumayan enak dan selalu laris.
ReplyDeleteSate dan ronde. Pelengkap santap di malam hari. Uenak banget tuh, ntar mampirlah saat jalan-jalan ke Salatiga.
ReplyDeleteSate sapi suruhnya bikin penasaan, itu bumbunya pakai bumbu kacang ya? Jarang makan sate sapi, seringnya ayam atau kambing. Tfs...
ReplyDeleteAku kira sate itu terbuat dari sapi yang sering disuruh. Ternyata nama desa toh. Kayaknya menggugah selera banget satenya, Bang
ReplyDelete