Sebenarnya cerita ini sudah mau dihentikan. Kenapa saya harus berangkat ke backpacker 7 hari ini. Tapi nampaknya cerita ini mau saya hidupkan lagi. Setelah tahun lalu saya memulai perjalanan ini. Saya mau membagikan kembali. Kalau yang belum baca klik ini ya.
Malam itu saya hendak menginap dirumah Adit di kawasan Undip. Namun dia baru ada di rumah malam jam 21.00. Saya pun bingung mau kemana? Akhirnya ya sudah saya berangkat ke kota Semarang.
Mistisnya Lawang Sewu
Awalnya bingung mau naik apa, akhirnya ku coba naik BRT menuju Lawang Sewu. Oh iya kenapa saya mau kesini?. Karena beberapa kali saya gagal masuk ke daerah ini karena sudah lewat jamnya. Akhirnya saya mau mencoba menikmati suasana agak mistis di empat wisata ini.
Menuju Lawang Sewu sangatlah mudah dari tempat saya turun terakhir bus Solo – Semarang. Naik BRT Semarang yang ternyata jadwal busnya hanya sampai jam 19.00. Saat itu sudah menunjukan jam 18.30 dan saya pun menuju halte BRT.
BRT di kawasan semarang ini ternyata ada dua jalur. Ada yang Trans Jateng dan satu lagi Trans Semarang. Saya pun naik Trans Jateng karena yang jalur melewati Lawang Sewu jalur ini. Harga tiketnya murah hanya 3500 rupiah.
Trans Jateng cukup ramai di hari kerja malam itu. Apalagi saya membawa tas bacpak dengan wajah yang lelah. Yaiyalah seharian saya masih di jalan, belum menemukan tempat istirahat. Apalagi saat di Trans Jateng tak dapat tempat duduk.
Jam 19.30 saya pun sampai ke Lawang Sewu. Malam itu cukup ramai daerah ini. Apalagi banyak wisatawan yang ingin menikmati tempat ini di malam hari. Membayar tiket cukup 10.000 rupiah kita bisa menikmati tempat ini.
Lawang Sewu (seribu pintu) merupakan kantor dari NIS (Unit Kereta Api Belanda). Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Disebut Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu (lawing) yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Banyak cerita di tempat ini yang merupakan sejarah. Mulai dari tentang perkereta apian hingga cerita mistis yang ada. Namun malam itu memang saya menjelajah sendirian dari sudut ke sudut yang kadang bikin bulu kuduk saya merinding. Jam 20.00 pun saya keluar dari tempat ini.
Karena posisi sudah lapar dan kecapekan. Mau istirahat duduk saja. Sempet ngeWa Adit, menanyakan sudah sampai rumah belum. Ternyata belum sampai dia di rumahnya. Hmm kemana lagi ya, sempat WA Erina untuk tanya tempat makan disekitaran Lawang Sewu. Akhirnya ke tempat yang dituju terletak didekat tempat bandeng Juwana.
Sehabis makan, tiba-tiba Mas Salman nge Wa bilang mau gabung ga di angkringan di daerah Banjir Kanal Barat Semarang. Karena jam pun masih jam 20.30, akhirnya saya pun ikut gabung ke mereka. Ojol pun dipesan menuju kesana. Malam itu memang Mas Salman sama Leon lagi menunggu kereta mereka jam 12 malam berangkat.
Sempet diajak mereka untuk tidur aja di stasiun sambil menunggu pagi. Eh tidak tahunya Adit menelpon dan bilang akan pesankan OJOL untuk mengantar kerumahnya. Jam 22.00 akhirnya kami pun berpisah. Mas Salman dan Leon menuju ke Stasiun dan sayapun menuju rumah Adit.
Rumah Adit lumayan agak jauh jalannya. Letaknya diujung komplek UNDIP, dan jalannya agak gelap. Supir Ojol pun agak ketakutan, tapi saya bilang ya tenang aja kalo kebegal ya bareng-bareng. Jam 23.00 pun sampai ke tempat Adit. Ngobrol dikit langsung saya pun Istirahat. Ya lelah kekali seharian dijalan bawa tas gede.
Pagi pun menjelang, Adit sudah siap mau berangkat keluar rumah. Maklum kawan satu ini sudah berumah tangga dan anak satu. Sedangkan saya? Masih dalam tahap patah hati ditinggal nikah (cerita ini adalah awalan saya berangkat backpacker). Sudah curcolnya, dan akhirnya saya pun ikut Adit untuk menuju ke vihara Watugong.
Tidak jauh vihara ini tempatnya dari rumah Adit. Sampai disana tempatnya masih sepi. Ya maklumlah jam 06.30 sudah sampai sana. Niatnya foto-foto saja lalu cabut sarapan ke kota. Oh iya pagi itu udah janjian sama Isul untuk maen ke leker Paimo yang legendaris itu.
Vihara Watugong
Vihara ini dibangun tahun 1955 sesaat setelah 500 tahun runtuhnya kerajaan majapahit. Vihara ini mempunyai pagoda Avalokitesvara yang mempunyai bangunan yang mempunyai nilai artistik tinggi, dengan tinggi mencapai 45 meter dan ditetapkan sebagai pagoda tertinggi di Indonesia. Di dalamnya terdapat patung Dewi Kwan Im dengan tinggi lima meter. Sedangkan Dhammasala terdiri dari dua lantai yang mana lantai dasar digunakan sebagai ruang aula serbaguna untuk kegiatan pertemuan dan lantai atas digunakan untuk upacara keagamaan yang terdapat patung Sang Buddha. Sayang saat itu masih pagi dan saya tidak sempat masuk kedalam
Sudah puas maen ke vihara ini akhirnya saya menuju kebawah. Sempet kelaperan karena belum sarapan akhirnya Cuma beli roti karena untuk mengganjal perut menuju kota Semarang. Naik Trans Jateng kembali dan janjian sama Isul di Halte BRT di kota. Sebenarnya mudah sekali kalau mau jalan-jalan ke semarang karena sudah ada Trans Semarang atau Jateng yang bisa di Akses. Asal kita hapal jalurnya saja.
Leker Paimo
Jam 09.00 akhir ketemu juga sama Isul dan kita pun menuju leker Paimo. Oh iya leker ini leker legendaris yang ada di Semarang. Leker ini buka jam 10.00 sampai habis. Harganya juga bervariasi dan tergantung rasa yang ada. Akhirnya saya dan Isul memilih toping tuna, coklat, dan standar.
Kereta menuju Surabaya tepat jam 12.00 akan berangkat. Jam 11 pun saya bergegas menuju stasiun. Siti sudah menunggu disana, dan melanjutkan perjalanan menuju kota Surabaya. Sampai bertemu di cerita backpacker saya berikutnya…
Baca juga sekuel petualangan ini yaaa... semoga bisa tuntas di tahun ini
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Baca juga sekuel petualangan ini yaaa... semoga bisa tuntas di tahun ini
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
nyoba soto yang deket stasiun nggak?
ReplyDeleteenak bangeeeett
kangen ke Lawang Sewu lagi Ki... kapan ya bisa ke Semarang lagi
ReplyDeleteSaya malah belum pernah ke lawang sewu, cuma lewat aja di jalan rayanya
ReplyDeleteIya ya Lawang Sewu kok nampak mistis ya hahaha, suka dengar dan baca tapi belum kesampaian ke sana
ReplyDeletepenasarannya aku buat mengunjungi Lawang Sewu, mungkin karena banyaknya cerita mistis yang bersiweran kali ya.
ReplyDeleteMau dong jalan jalan ama Doel,
ReplyDeleteLekker Paimo mah favorit banget. Tiap pulkam ke Semarang, wajib nih ngicipin Lekker yang satu ini. Pernah juga ke Watugong dan Lawang Sewu. Cuma untuk Lawang Sewu belum punya nyali aku masuk ke dalamnya. Bisa-bisa nggak pulang akunya nanti... hahaha
ReplyDeleteEnak banget itu leker paimo nya
ReplyDeleteWah seru banget, aku belom pernah ke lawang sewu walaupun mistis tapi aku jadi penasaran lho... Semoga next time bisa main kesana ya.
ReplyDeleteSekarang kayaknya semakin banyak wisatawna yang ke Lawang Sewu. Kalau begitu masih berasa mistis, gak?
ReplyDeleteJadi sebenernya, bulu kuduk berdirinpas lagi di lawang sewu itu karena mistis atau kelaparan? Hihi..
ReplyDeleteKemarin pas ke Semarang mau makan lekker paimo eh tutup. Sedih banget :((
ReplyDeletesaya masih belum berani nih ke Lawang Sewu :)
ReplyDeleteDoel kalau balik ke Semarang lagi harus nyobain ikan manyung bu Fat, sumpah ini enak banget!!
ReplyDeleteYA TUHAN ITU LEKKERNYAAAAAA.....
ReplyDeleteENCESSSS
lanjut dul ... lanjut sampai kelar. PR banget ya namanya travel blogger, setelah jalan-jalan happy timbullah PR nulis. Hahahaa
ReplyDeleteYa..ampun udah setahun ya ke semarang. Gua juga belum rampung nih ulas perjalanan ke wilayah timur jawanya.
ReplyDeleteHahahaha
Ya..ampun udah setahun ya ke semarang. Gua juga belum rampung nih ulas perjalanan ke wilayah timur jawanya.
ReplyDeleteHahahaha
Daripada bahas Lawang sewu nan serem.. saya bahas leker aja.. LEKER itu apa ya. Kalau liat bentuknya kayak martabak ya? Kalau bahasa belanda, Leker itu artinya Enak.
ReplyDeleteYuk ke Lawang Sewu. ajak-ajak gue dong kalo travelling. belum sempat mampir ke sini nih dulu.
ReplyDeleteWah, ceritanya berseri ya. Hehe. Tapi seru juga nih perjalannya. Emang lah Lawang Sewu, semacam wisata wajib kalo ke Semarang.
ReplyDelete